
KOTA MALANG – Hidup di daratan China saat ini tak mudah. Virus Corona melumpuhkan sebagian besar sendi-sendi kehidupan negara komunis tersebut. Kodnisi tersebut juga mempengaruhi ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tersebar di Hong Kong dan China.
Pekerja Migran Indonesi (PMI) asal Kota Malang, Shafira Arta menceritakan, saat ini ia tinggal di Macau dan bekerja di sebuah restoran. Semenjak dua orang dinyatakan suspect Coronavirus beberapa hari lalu di Macau, restoran tempatnya bekerja jadi sepi pengunjung.
“Kayaknya udah 2 hari ini sepi banget pengunjung. Semenjak ada yang dinyatakan suspect di Macau minggu kemarin,” imbuh alumnus Siswi SMAN 6 Malang ini kepada radarmalang.id hari ini Selasa (28/1)..
Ia pun menjelaskan, sepinya tersebut terlihat dari jumlah pengunjung. Jika di hari biasanya terdapat 400-800 pengunjung setiap hari, 2 hari terakhir hanya ada 25-50 orang.
“Berkurang drastis 90 perse. Bahkan untuk shift yang malam diliburkan oleh perusahaan karena gak ada yang datang. Kalau aku beberapa akhir ini tetap masuk soalnya aku shift pagi tapi gabut (gaji buta) banget, sepi pengunjung,” tuturnya.
Untuk diketahui di restaurant tempat Shafira bekerja menganut sistem pemesanan. Jadi, sebelum berkunjung ke restaurant tersebut, pengunjung musti melakukan reservasi meja dan waktu berkunjung.
Anak bungsu dari tiga bersaudara ini juga menjelaskan semenjak ada dua suspect minggu lalu, di restaurant dimana tempat ia bekerja, terdapat scanning untuk menunjukan suhu tubuh seseorang.
“Jadi seperti di bandara, ada scanningnya. Bisa ngukur temprature tubuh. Itu di mall yang ada resataurant ku, di kantor-kantor semua ada scanningnya. Jadi kalau ada orang yang mau masuk mereka musti melewati scanning tersebut,” imbuh ia.
Sementara untuk kegiatan sehari-hari, Shaf juga menjelaskan kalau masyarakat Macau sehari-hari wajib memakai masker untuk kegiatan di luar rumah.
Namun, sayangnya lanjut Shaf, masker adalah barang yang sulit ditemukan.
Di apotek dan gerai-gerai toko modern di Macau, masker sudah hampir ludes terjual. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah setempat menyediakan program penjualan masker di rumah sakit. Program tersebut khusus bagi mereka yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk.
Ada 10 masker yang dibagikan bagi mereka yang menunjukan KTP domisili China atau Kartu Tanda Pekerja. 10 masker itu digunakan untuk 10 hari ke depan.
“Dan jika di Rumah Sakit A, seseorang itu sudah mengambil. Ia tidak boleh ke RS A lagi. Ia harus ke Rumah Sakit B. Jadi KTP itu fungsinya untuk mencatat warga yang telah mengambil,” ujar Shaf.
Untuk harganya sendiri, 10 masker itu dibanderol setara dengan Rp 20 ribu.
Sementara untuk dirinya sendiri, kata Shaf, pihak perusahaan dimana ia bekerja telah menyediakan masker. Ia mengaku beruntung bisa disediakan masker secara gratis itu, pasalnya masker adalah barang yang kini menjadi mahal dan jarang ditemui di China.

“Satu hari satu masker jadi aman. Tapi kadang aku juga beli ke pedagang kaki lama. Tapi agak mahal. Tapi gak papa lah. Harganya 1 pieces masker itu bisa Rp 10 ribu sampa Rp 15 ribu. Pokoknya meningkat harganya 4 kali lipat,” jelas sosok.yang sudah bekerja di Macau sebagai pelayan suatu restaurant selama 3 bulan itu.
Ia juga menjelaskan semenjak ada dua suspect di kota Macau, selain masker yang diburu oleh warga, sembilan bahan pokok juga menjadi incaran lain.
Beberapa hari ini ia berebut dengan sejumlah warga Macau untuk membeli sembako, seperti beras minyak dan sebagainya di toko-toko terdekat.
“Banyak yang habis sembako di warung-warung, semua menyetok. Aku sempat ikut antri kemarin beli sembako. Untungnya aku borong dan aku perkirakan ini bisa distok untuk makanan selama 2 minggu,” tuturnya.
Ia menjelaskan, alasan orang-orang Macau dan dirinya sendiri membeli sembako tersebut karena ada ketakutan tersendiri jika makan-makanan produk dari luar atau bukan buatan rumah.
“Kan kabarnya itu dari hewan atau apa. Kalau makan di luar kami gak tau prosesnya. Mending kami buat sendiri dan yang aman pokoknya sembako. Ada beras ada mie sudah tenang perut,” tutur Shaf.
Sementara saat disinggung, apakah ia ingin untuk kembali ke Indonesia, Shaf mengaku masih ingin tetap bekerja di China.
“Ya tetap di sini. Meskipun ada kabar virus ini saya pokoknya jaga diri pakai masker dan cuci tangan. Kalau pulang belum kepikiran meskipun agak takut, tukasnya.
Pewarta: Bob Bimantara Leander
Foto: Shafira Arta
Penyunting: Fia
Bagikan Berita Ini
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802