KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di awal pekan ini, rupiah kembali loyo terhadap mata uang dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,21% ke level Rp 14.085 per dollar AS pada Senin (23/9). Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 0,06% ke level Rp 14.077 per dollar AS
Analis Monex Investindo Ahmad Yudiawan mengatakan ketegangan perang dagang menjadi sentimen utama pelemahan rupiah di awal pekan ini. Ketegangan perang dagang terjadi karena delegasi China membatalkan kunjungannya ke wilayah pertanian AS setelah Presiden AS Donald Trump memberi pernyataan menolak kesepakatan yang parsial.
Trump menginginkan kesepakatan dagang secara menyeluruh. “Rupiah pada hari ini didominasi oleh faktor eksternal terutama dari situasi perang dagang,” ujar Yudi.
Baca Juga: Inilah fakta-fakta yang terjadi di pasar finansial China pada Senin (23/9)
Sependapat, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan perang dagang yang memanas menjadi pemicu rupiah terkoreksi di awal pekan. Menurutnya, hasil negosiasi dagang terbaru antara AS dan China menimbulkan ketidakpastian baru.
Ia bilang, sebelumnya pasar sudah memiliki optimisme tinggi terhadap hasil negosiasi perdagangan AS-China pada akhir pekan lalu. “Hasil tersebut memicu permintaan safe haven lebih besar dibandingkan aset berisiko,” ujar Josua.
Selain isu perang dagang, Yudi juga berpendapat ada katalis negatif bagi rupiah yang datang dari kondisi geopolitik di Timur Tengah. Ia bilang kondisi tersebut berefek pada aset berisiko tak hanya mata uang garuda. Yudi menyampaikan ketegangan di Timur Tengah mulai nampak setelah pasukan Arab Saudi sudah menyerang di sebagian wilayah Yaman.
Josua juga memiliki pendapat lain terkait sentimen lain yang membuat rupiah terkoreksi karena dollar AS naik. Ia bilang rilis data-data manufaktur Prancis dan Jerman turut memberi efek penguatan pada dollar AS.
Data-data tersebut menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan pasar. “Ini menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi di Eropa cukup dominan sehingga mendorong pelemahan euro. Pelemahan tersebut berkontribusi terhadap penguatan dollar AS,” jelas Josua.
Yudi dan Josua memperkirakan rupiah masih akan mengalami pelemahan esok hari. Menurut Josua, sentimen-sentimen perang dagang dan rilis data eropa masih akan mendominasi pelemahan rupiah.
Baca Juga: Media pemerintah China: Ada hasil baik dari perundingan dagang dengan AS
Yudi menambahkan sentimen dalam negeri terkait isu-isu demonstrasi yang berhubungan dengan beberapa revisi undang-undang bisa menjadi katalis negatif tambahan bagi pergerakan rupiah esok hari.
Yudi menebak pelemahan rupiah pada esok hari akan berada di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.120 per dollar AS. Sedangkan, Josua memprediksi pelemahan rupiah esok hari bersifat terbatas dengan kisaran Rp 14.025 - Rp 14.150 per dollar AS.
Editor: Komarul Hidayat
Editor: Komarul Hidayat
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Negosiasi perang dagang AS-China memanas, kurs rupiah kembali tertekan"
Post a Comment