Search

Dari Atas Langit, Menko Luhut Tulis Catatan tentang Pelemahan Rupiah

JAKARTA - Sebagai salah satu tim ekonomi dalam Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan turut memberikan tanggapan soal pelemahan nilai tukar Rupiah. Menko Luhut menyampaikan pandangannya dalam sebuah catatan panjang yang mencakup berbagai aspek soal nilai tukar Rupiah.

Uniknya, Menko Luhut menulis pandangan tersebut, sembari melakukan perjalanan udara dari Lampung menuju Jakarta.

BERITA TERKAIT +

"Salam dari atas langit Lampung-Jakarta, di mana saya sedang menempuh perjalanan udara sambil menulis ini, sembari kadang terkesima melihat pemandangan jalan tol di bawah saya yang sudah jadi," tulis Menko Luhut dikutip dari laman Kemenko Maritim, Kamis (6/9/2018).

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Melemah Jadi Rp14.940 per Dolar AS

Hal yang pertama disoroti oleh Menko Luhut adalah penyebab merosotnya nilai mata uang Garuda. Akar mula pelemahan nilai tukar Rupiah, dimulai dari sentimen global.

Menko Luhut menuturkan, secara global, recovery pertumbuhan ekonomi dunia yang berjalan baik dalam satu tahun terakhir saat ini sedang terancam oleh perang dagang (trade war) yang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap mitra dagang utama mereka seperti Tiongkok, Uni Eropa, Meksiko dan Kanada, dengan cara menaikkan tarif impor barang barang dari negara-negara tersebut.

Negara-negara itu pun mengancam akan membalas balik tindakan Trump.

"Hal inilah yang menyebabkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai membaik akan melambat atau bahkan resesi," tulisnya.

Tiongkok, yang menjadi target utama trade war dari Presiden Trump, telah mendepresiasikan mata uangnya secara signifikan untuk menjaga harga barangnya tetap kompetitif di pasar Amerika Serikat. Dampak depresiasi Yuan terhadap Dolar Amerika, juga memicu depresiasi mata uang negara negara berkembang lainnya.

"Hal ini pula yg menjadi salah satu faktor utama depresiasi Rupiah sejak Maret tahun ini," papar Menko Luhut.

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Melemah Jadi Rp14.940 per Dolar AS

Selain perang dagang, lanjutnya, krisis di beberapa negara berkembang juga memiliki pengaruh terhadap pelemahan Rupiah. Turki adalah salah satunya. Inflasi yang hampir mencapai 18%, dan hutang luar negeri yang mencapai 53% dari total GDP menyebabkan tekanan depresiasi terhadap mata uang Lira, yang per 31 Agustus kemarin mencapai 42%. Hal ini kemudian diperburuk oleh rendahnya kredibilitas pemerintah Turki di mata investor akibat intervensi yang dilakukan oleh Erdogan dengan melarang bank sentral untuk menaikkan suku bunga, padahal inflasi sudah melambung tinggi. Selain itu, Erdogan juga menunjuk menantunya sendiri menjadi menteri keuangannya.

Di samping Turki, Argentina juga mengalami krisis yg cukup parah. Mata uang Peso terdepresiasi sebesar 53% dan tingkat inflasi yg mencapai 28%, memaksa bank sentral mereka untuk menaikkan suku bunga menjadi 60% dan meminta talangan IMF sebesar USD50 miliar.

Selain Turki dan Argentina, negara-negara berkembang lain yang mengalami depresiasi signifikan per 31 Agustus antara lain Afrika Selatan (15.8%), Rusia (15.5%), India (9.9%), Chili (9.3%), Philipina (6.7%), dan Indonesia (7.8%).

Menko Luhut menyatakan, salah satu karakteristik negara-negara berkembang, di mana investor internasional menganggap negera berkembang berada dalam satu keranjang yang sama. Akibatnya, sebagai negara berkembang, Indonesia dinilai memiliki kondisi serupa dengan negara tersebut.

"Jika ada satu dua yang bermasalah, para investor ini cenderung mengambil langkah berjaga-jaga dengan menarik investasi mereka dari seluruh negara berkembang. Akibatnya kurs mata uang akan terdepresiasi bersama-sama," tandas dia.

(dni)

Let's block ads! (Why?)

http://economy.okezone.com/read/2018/09/06/20/1947045/dari-atas-langit-menko-luhut-tulis-catatan-tentang-pelemahan-rupiah

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Dari Atas Langit, Menko Luhut Tulis Catatan tentang Pelemahan Rupiah"

Post a Comment

Powered by Blogger.