Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel tidak akan kembali marak di tahun depan. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap realisasai penerbitan SBN ritel di sepanjang tahun ini, Kementerian Keuangan akan mengurangi frekuensi penerbitan SBN ritel.
Saat ini pemerintah tengah mempertimbangkan frekuensi penerbitan SBN ritel jadi sebanyak enam hingga delapan kali di tahun depan. Jumlah itu lebih sedikit dibandingkan frekuensi penerbitan di 2019 yang mencapai 10 kali.
Sementara target penerbitan SBN ritel di tahun depan diturunkan menjadi Rp 40 triliun-Rp 60 triliun. Angka tersebut lebih kecil dari target yang dipatok pada awal 2019 yang sebesar Rp 60 triliun-Rp80 triliun.
Sebab kenyataannya, Kemenkeu hanya mampu mengumpulkan Rp 49,89 triliun dari penerbitan SBN ritel sepanjang 2019.
Baca Juga: Credit Default Swap Menyentuh Rekor Terendah, Yield SUN 10 Tahun Tak Mau Turun premium
Analis obligasi BNI Sekuritas Ariawan memproyeksikan target penerbitan SBN ritel di tahun depan bisa pemerintah capai, karena sesuai dengan nilai realisasi SBN ritel di tahun ini. Sehingga, penurunan frekuensi penerbitan SBN ritel tidak akan menurunkan potensi penerbitan SBN ritel di tahun depan.
Senada, Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah mengatakan walaupun pemerintah menurunkan frekuensi penerbitan SBN ritel, target nominal penerbitan yang dipatok pemerintah berpotensi tetap tercapai.
"Dengan menurunkan frekuensi penerbitan SBN ritel, maka pemerintah bisa mengatur strategi waktu yang tepat, kapan minat pasar sedang tinggi dan lesu," kata Ramdhan, Rabu (18/12).
Kupon menarik
Minat investor pada SBN ritel Ariawan proyeksikan tetap ramai karena pemerintah akan memberi spread premium yang stabil di kisaran 150-200 basis poin dari suku bunga acuan.
http://investasi.kontan.co.id/news/target-nilai-penerbitan-sbn-ritel-bisa-tercapai-meski-frekuensi-penerbitan-berkurang
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Target nilai penerbitan SBN ritel bisa tercapai meski frekuensi penerbitan berkurang"
Post a Comment