Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah mengungkapkan hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve yang akan menahan bunga acuan pada tingkat 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini.
Nanang menyebut, BI saat ini memiliki alat untuk memperkuat nilai tukar mata uang Garuda agar sesuai dengan fundamentalnya. Misalnya instrumen domestic non deliverable forward (DNDF) yang disebut mampu memperkuat rupiah.
Menurut Nanang, bank sentral juga akan terus memberikan ruang untuk penguatan rupiah. Memang, Gubernur BI beberapa kali menyebutkan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlalu murah atau undervalued.
Pada Jumat (22/3/2019) dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) nilai dolar AS tercatat Rp 14.157 melemah jika dibandingkan periode hari sebelumnya di level Rp 14.102.
"BI tentunya akan membiarkan sesuai mekanisme pasar rupiah bisa menguat, karena sebagaimana disebutkan berkali-kali rupiah masih undervalued. Jadi BI akan memberikan ruang kalau rupiah menguat akan dibiarkan menguat," jelasnya.
Nanang melanjutkan, di tahun ini kondisi pasar juga akan semakin likuid. Hal ini tentunya dapat mendorong penguatan rupiah.
Dia mencontohkan, ketika rupiah melemah, saat ini eksportir akan langsung muncul untuk menjual valasnya. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Begitu kurs melemah Rp 14.300, tanpa diintervensi pasar mengoreksi sendiri, banyak yang mensuplai, tidak seperti tahun 2018. Pasarnya semakin berimbang," kata dia. (kil/hek)
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4480591/bi-prediksi-tekanan-ke-rupiah-mulai-meredaBagikan Berita Ini
0 Response to "BI Prediksi Tekanan ke Rupiah Mulai Mereda - detikFinance"
Post a Comment