BANDA ACEH - Stok pupuk subsidi jenis ZA dan ponska/NPK pada sejumlah kios pengecer di Lambaro, Ingin Jaya, dan beberapa kecamatan lain di Aceh Besar, kosong. Hal itu diketahui saat Wakil Ketua I DPRA, Sulaiman Abda, meninjau kios-kios pengecer pupuk di Lambaro dan sekitarnya, Kamis (10/1).
Pedagang pengecer pupuk subsidi di Lambaro, Izhar, mengatakan, dari lima jenis pupuk subsidi, hanya satu jenis yang masih ada stok di pengecer yaitu urea. Itu pun, sebutnya, hanya tinggal 1- 2 ton lagi di gudang. Sedangkan pupuk subsidi lain yaitu ZA dan NPK/ponska yang saat ini sangat dibutuhkan petani, sudah habis sejak Desember lalu. “Kuota pupuk ZA dan NPKyang diberikan distributor kepada setiap kios pengecer sebanyak 1sampai 2 ton, sementara urea 5 sampai 10 ton,” rinci Izhar didampingi pedagang lainnya, Mahdi.
Petani yang membutuhkan pupuk NPK dan ZA subsidi, sambung Mahdi, mereka harus membeli pupuk nonsubsidi dengan harga yang lebih mahal. “Kalau harga pupuk ZA subsidi Rp 70.000 per sak isi 50 Kg dan NPK/ponska subsidi Rp 115.000 per sak. Tapi, harga pupuk ZA dan ponska/NPK nonsubsidi bisa di atas Rp 300.000 per sak isi 50 Kg,” ungkapnya.
Menurut Mahdi, stok pupuk subsidi di Aceh Besar untuk masa tanam gadu dan rendeng 2019/2020 akan berkurang dibanding tahun lalu. Alasannya, sejalan dengan menurunnya lahan sawah baku produktif di Aceh dari 293.067 hektare menjadi 193.146 hektare. Akibatnya, kuota semua jenis pupuk subsidi menurun di atas 30 persen. Contohnya urea. Pada tahun lalu masih diberikan 80.687 ton, namun tahun ini hanya 54.400 ton.
Dampak dari penurunan kuota, sambung Izhar, pupuk subsidi yang diberikan kepada kios pengecer otomatis juga berkurang. Solusinya, sebut Izhar, mulai tahun ini petani harus memaksimalkan penggunaan pupuk organik subsidi yang harganya lebih murah yaitu Rp 500/Kg. Sementara pupuk urea Rp 1.800/Kg, SP 36 Rp 2.000/Kg, ZA Rp 1.400/Kg, dan NPK Rp 230/Kg.
Menanggapi penjelasan pedagang, Sulaiman Abda mengatakan, informasi itu akan jadi masukan dalam dalam rapat dengan eksekutif, disptributor, dan produsen pupuk. Begitu juga soal rencana penggunaan pupuk organik, menurut Sulaiman, pihaknya akan meminta Dinas Pertanian dan Perkebunan untuk meminta tambahan kuota pupuk organik tersebut.
Setelah itu, Sulaiman Abda berkunjung ke persawahan di Blang Bintang, Sibreh, Indrapuri dan Ingin Jaya. Masalah yang dihadapi petani di empat kecamatan itu hampir sama dengan yang diungkapkan pedagang pegecer pupuk di Lambaro. “Dari lima jenis pupuk bersubsidi, yang paling susah ditemui di kios pengecer tingkat kecamatan adalah pupuk jenis ZA, SP36, dan NPK. Sementara pupuk urea subsidi masih ada sisa stok tahun 2018,” ungkap petani padi di Blang Bintang, Abdullah. Keluhan hampir sama juga disampaikan petani di tiga kecamatan lain.
Sulaiman Sabda mengatakan, stok pupuk subsidi jenis ZA, SP36, NPK/ponska, tidak ada di kios pengecer karena setelah kuota pupuk dibagi Distanbun Aceh, sampai kini produsen pupuk yaitu PT Petrokimia bersama distributor dan Disperindag belum melakukan rapat koordinasi menyusun jadwal penyaluran pupuk kepada distributor dan kios pengecer. Akibatnya, kontrak penjualan pupuk subsidi dari distributor ke kios pengecer sampai kini belum dilakukan.
Masalah ini, menurut Sulaiman, menjadi tugas Disperindag Aceh dan kabupaten/kota bersama produsen dan distributor pupuk. “Kita minta keempat lembaga itu segera melakukan rapat menyusun pembagian kuota pupuk subsidi dan penyalurannya ke kios pengecer. Sehingga, stoknya kembali tersedia,” harapnya.(her)
http://aceh.tribunnews.com/2019/01/11/pupuk-subsidi-kosong-di-aceh-besarBagikan Berita Ini
0 Response to "Pupuk Subsidi Kosong di Aceh Besar - Serambi Indonesia"
Post a Comment