/data/photo/2019/01/28/4062846094.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Sumi (60) tampak menyeberangi rel kereta api dengan sebakul sayuran di punggungnya.
Dengan membawa sebuah payung berwarna biru dongker, ia tampak berhati-hati melangkah di besi-besi rel di Jalan Bendi Besar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Ia terlihat berjalan memasuki gang-gang sempit permukiman penduduk sambil berseru, "sayur... sayur...".
Ia menawarkan sayur kepada tiap orang yang ditemuinya di gang tersebut.
Baca juga: Tersambar Kereta Api, Pedagang Sayur Terlempar ke Sungai dan Hilang
"Setiap hari sudah 50 tahun dagang ginian (sayur), dulu sih di Praja Tanah Kusir waktu masih muda, waktu masih umur 17 tahun," ujar Sumi kepada Kompas.com setelah meletakan bakul sayur yang di panggulnya.
Terlihat berbagai jenis sayuran hingga rempah-rempah memenuhi bakul yang terbuat dari rotan tersebut.
"Ada sawi, kol, seledri, daun bawang, cabe, bawah merah, bawang putih, macam-macam lihat saja," kata Sumi.
Bukan perkara mudah setiap hari harus memanggul bakl dipenuhi sayur-sayuran.
Baca juga: Dulu Pedagang Sayur, Sekarang Calon Insinyur
Ia mengaku pernah setengah bulan terbaring akibat darah tinggi yang dideritanya.
"(Sakit) darah tinggi. Biasa (tekanan darah) 130, eh tiba-tiba 155, klieng-klieng, tidur melulu kagak jualan," ujarnya.
Ibu empat orang anak ini mengaku masih ingin terus berjualan meski usianya sudah lanjut. Sebenarnya, lanjut dia, anaknya bisa membantunya berdagang sayur.
Namun, berdiam diri di rumah justru membuat dirinya stres.
Baca juga: Pedagang Sayur Cabuli Pelanggannya
"Ya biar dapat Rp 50.000 begitu kan senang, lihat-lihat matahari kan gitu. Kalau di rumah melulu bangun tidur kliengan lagi gitu," kata Sumi.
Sebelum membawa keliling dagangannya, Sumi menggelar dagangannya di sebuah pasar di Jalan Peninggaran, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, mulai pukul 03.00.
Setelah matahari terbit, ia kemudian menggendong bakul berisi sayur-sayuran ke permukiman warga di Jalan Delman Utama dan Jalan Bendi Raya.
Baca juga: Pedagang Sayur Dilaporkan ke Polisi karena Menganiaya Anak Autis
Barulah pada pukul 11.00, suaminya akan datang menjemput Sumi dengan sepeda motor di sebuah pos keamanan di Jalan Delman Utama.
Jika barang dagangannya belum habis, ia akan menitipkan sayur mayur tersebut ke warung yang memiliki lemari es untuk dijual kembali.
Ia mengatakan, bisa memperoleh Rp 900.000 hingga Rp 1.000.000 dari berjualan di pasar hingga berkeliling jualan sayur setiap harinya.
Baca juga: Pedagang Sayur Tewas dalam Kecelakaan Pikap yang Dikemudikan Suaminya
Selama 50 tahun berdagang sayur, Sumi tak mempermasalahkan jika ada yang berutang padanya.
"Sing penting kita enggak jahatin orang," kata Sumi tersenyum.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/28/21414731/kisah-sumi-puluhan-tahun-berkeliling-jadi-pedagang-sayur-gendong
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Sumi, Puluhan Tahun Berkeliling Jadi Pedagang Sayur Gendong - KOMPAS.com"
Post a Comment