:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1164238/original/070121400_1457408004-20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto6.jpg)
Belum lama ini, beberapa aktivis Greenpeace ditangkap setelah mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Save Our Rainforests" dan "Drop Dirty Palm Oil" di kapal bernama Stolt Tenacity pada 17 November 2018.
Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Benny Soetrisno mengatakan, aksi penghadangan ini akan memberikan dampak negatif terhadap ekspor sawit Indonesia.
"Negara harus berpihak kepada minyak sawit yang berada dalam ancaman. Karena selama ini, negara merasakan keuntungan dari penerimaan devisa negara," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 19 November 2018.
Komoditas sawit berkontribusi besar bagi devisa negara sebesar sumber devisa utama dengan capaian sebesar USD 22,97 miliar atau Rp 318 triliun pada 2017. Dampak positifnya adalah neraca dagang nonmigas surplus sebesar USD 11,83 miliar.
Benny menyebutkan kemampuan sawit untuk menutup defisit neraca perdagangan sangatlah penting bagi pemerintah. Oleh sebab itu, perlu keberpihakan pemerintahan untuk memberikan tindakan tegas kepada organisasi semacam itu.
"Aksi Greenpeace terlalu lama dibiarkan. Akibatnya seperti sekarang, ekspor sawit dihambat masuk Eropa. Untuk itu, Indonesia bisa mengikuti kebijakan India yang membekukan Greenpeace," kata dia.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3801052/harga-minyak-sawit-terancam-anjlok-pemerintah-diminta-terus-proaktifBagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Sawit Terancam Anjlok, Pemerintah Diminta Terus Proaktif"
Post a Comment