TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Real Estat Indonesia (REI) DPD DI. Yogyakarta mengakui adanya perlambatan volume penjualan properti pada kuartal III-2018, dimana pasar masih mengeluhkan tingginya KPR properti residensial.
Pada pekan lalu, Bank Indonesia (BI) merilis data survei harga properti residensial di kuartal III-2018. Di pasar primer, harga properti residensial terindikasi melambat.
Di periode Juli-September 2018, penjualan rumah tipe menengah turun hingga 11,14 % QtQ, sementara rumah tipe besar turun hingga 11,11% QtQ.
Penurunan terbesar terjadi pada penjualan rumah tipe kecil yang terkontraksi hingga 15,92% QtQ.
Baca: Suku Bunga Acuan Naik, Perbankan Klaim Tidak Pengaruhi Kredit KPR
“Jogja kurang lebih sama, faktor utama yang menyebabkan penurunan penjualan rumah pada triwulan III-2018 adalah penurunan permintaan konsumen, suku bunga KPR yang dianggap masih tinggi," ungkap Humas DPD REI DIY Ilham Muhammad Nur, Rabu (21/11/2018).
Ilham menyebut, penggunaan fasilitas KPR masih menjadi favorit masyarakat khususnya untuk properti di harga Rp700 juta ke bawah yang memang untuk kebutuhan residensial, yakni para konsumen yang benar-benar membutuhkan rumah tinggal.
Baca: KPR Masih Seret Meski Sudah Ada Pelonggaran Aturan Uang Muka
“Kalau untuk properti di harga Rp700 keatas paling banyak menggunakan cash bertahap. Pada pasar ini lebih untuk investasi dan mereka sudah menghitungnya,” ungkap Ilham.
Untuk menyiasati kenaikan suku bunga KPR pengembang bisa bekerjasama dengan perbankan untuk memberikan keringanan melalui subsidi berdasarkan selisih bunga.
Hal ini bertujuan untuk menggairahkan pasar.
“Misalkan saja perbankan memberikan subsidi 10% nanti pengembang berikan lagi 5% dengan jangka waktu yang ditentukan. Ini bisa menarik minat pembeli yang ingin KPR,” ujarnya.
Baca: Menengok Kreativitas Lukisan 3D ala Warga Perumahan Nogotirto V Gamping Sleman
Ilham juga menekankan, bagi konsumen yang memilih KPR untuk mendapatkan rumah diimbau memperhatikan ketentuan bunga floating karena jika terjadi kenaikan BI rate, dan berimbas pada suku bunga kredit.
“Kadang juga konsumen kurang jeli karena KPR punya ketentuan bunga floating. Akhirnya angsuran bisa hampir dua kali lipatnya,” kata Ilham mengingatkan.
KPR syariah, lanjut Ilham bisa menjadi pilihan, meski kelihatan berat pada awal akad, namun punya cicilan fix. Keunggulan lain juga pada saat ingin melunasi ditengah jalan lebih mudah.
“Jika dengan BI rate yang stabil menggunakan bank konvensional tentu lebih ringan. Namun ditengah ketidakstabikan BI rate, KPR syariah biasa menjadi pilihan,” ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)
http://jogja.tribunnews.com/2018/11/21/pengembang-berikan-subsidi-untuk-siasati-kenaikan-suku-bunga-kprBagikan Berita Ini
0 Response to "Pengembang Berikan Subsidi untuk Siasati Kenaikan Suku Bunga ..."
Post a Comment