KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali ambruk ke level terendahnya sejak 1998. Setelah sebelumnya menyentuh Rp 15.043 pada Selasa (2/10), di pasar spot rupiah kembali ditutup melewati angka piskologisnya yaitu Rp 15.075 per dollar AS atau mengalami koreksi 0,21%.
Bukan hanya itu, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) juga menunjukkan pelemahan 0,67% menjadi Rp 15.088 per dollar AS.
Belum pulihnya kepercayaan pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko negara Eropa dan emerging maket menyebabkan dollar AS semakin menguat. "Para pelaku pasar melakukan aksi jual untuk menghindari emerging market. Maka tidak heran bila nilai sahamnya banyak yang anjlok," ujar Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures.
Baginya, dollar AS memiliki tenaga untuk menguat pada pekan ini karena masih berbalut sentimen positif dari kebijakan moneter The Fed. Pada pekan lalu, Bank sentral Amerika Serikat ini menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin.
"Selain efek The Fed, adanya data-data penting AS seperti data tenaga kerja yang rilis di pekan ini juga akan dicermati pelaku pasar," ujarnya.
Menurutnya data-data tersebut akan menjadi indikator penilaian pasar apakah menaikkan suku bunga kemarin adalah langkah yang tepat atau bukan. Bukan hanya itu, The Fed juga masih melakukan normalisasi kebijakan hingga 2019 yang mengakibatkan aliran dana asing ke emerging market menjadi terhambat.
Andri memprediksikan rupiah memiliki peluang untuk menguat dari titik terlemahnya sejak 1998. Adanya profit taking yang akan dilakukan pelaku pasar sebelum dirilisnya data tenaga kerja AS dapat memberikan tenaga kepada mata uang Garuda. "Saya proyeksikan rupiah Kamis (4/10) di level Rp 15.010-Rp 15.090 per dollar AS," jawab Andri.
Editor: Narita
Editor: Narita
KURS RUPIAH
http://investasi.kontan.co.id/news/rupiah-dihantam-berbagai-sentimen-emerging-marketBagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah dihantam berbagai sentimen emerging market"
Post a Comment