Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki potensi sumber daya Panas Bumi yang ekuivalen dengan 13.440 MW atau cadangan sebesar 14.473 MW yang tersebar di 265 lokasi. Besarnya sumber daya panas bumi ini membuat Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia sebagai negara dengan sumber energi panas bumi terbanyak.
"Potensi yang besar ini harus disulap menjadi energi hari ini untuk masa depan atau hari esok," kata Vice President Knowledge Management and Sustainable DevelopmentGeothermal Investment and The Future of Renewable Energy in Indonesia, Bambang Susantono, Senin (15/10/2018).
Sejumlah institusi finansial internasional, atau Development Bank menyatakan dukungan terhadap program kelistrikan nasional di bidang energi listrik panas bumi karena merupakan renewable atau green project yang sangat direkomendasikan dunia.
"Institusi finansial dunia, termasuk Asian Development Bank mendukung penuh green energy project karena energi terbarukan merupakan tonggak dari peradaban," kata Susantono.
Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Indonesia yang terus melakukan percepatan dalam mencapai target bauran energi pada tahun 2023 sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Kebijakan Energi Nasional berkomitmen terhadap pencapaian EBT (Energi Baru dan Terbarukan) yang akan berkontribusi dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025.
Bambang Susantono menjelaskan bahwa teknologi energi terbarukan harus in-line dengan 3 aspek, yaitu kondisi lokal, sosial, dan politik.
Sementara itu Dirut PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki Ibrahim menyebutkan, sejumlah BUMN sudah menggarap usaha tenaga listrik panas bumi. Sebut saja PT Geo Dipa Energi (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Pertamina (Persero) untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi.
PT GeoDipa merupakan satu satu BUMN panas bumi di bawah Kementerian Keuangan yang ditugasi untuk mempercepat proyek panas bumi Indonesia.
"GeoDipa Persero yang bekerjasama dengan PT SMI dan PT PII sudah ditawari kerjasama untuk pendanaan green proyek dengan beberapa Development Bank," kata Riki.
Biaya proyek untuk 5 tahun kedepan sekitar USD 529 juta untuk proyek di Dataran Tinggi Dieng, Sikidang-Sileri, Chandradimuka, Banjarnegara/Wonosobo, Jawa Tengah dan di Patuha, Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat.
GeoDipa akan mengurangi emisi karbon CO2 minimal sebesar 1 – 2 juta ton di tahun 2023 dan 6 Juta Ton di tahun 2035.
Komitmen Indonesia untuk perubahan iklim tertuang dalam UU No.16 tahun 2016 tentang Pengesahaan Paris Agreement to the united nations.
Hal ini memenuhi komitmen dalam penurunan emisi karbon secara masif, pada saat ini, GeoDipa yang mengemban amanat Undang-Undang Panas Bumi No.21/2014 Pasal 28, yaitu mendapat penugasan dari pemerintah untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi, dan/atau pemanfaatan energi terbarukan panas bumi.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3667525/genjot-ekonomi-development-bank-siap-biayai-proyek-pembangkit-panas-bumi-riBagikan Berita Ini
0 Response to "Genjot Ekonomi, Development Bank Siap Biayai Proyek Pembangkit Panas Bumi RI"
Post a Comment