Dalam rakor itu, turut hadir pula Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Deputi Kementerian BUMN dan Pimpinan Bulog. Adapun tujuan impor, Enggar menyebut, hal itu mendesak karena kebutuhan pangan.
“Kebutuhan pangan itu dengan impor kalau tidak ada, pemerintah bukan saya yaitu Menko Perekonomian dalam rakornya,” ujar Enggar ketika ditemui saat kunjungan kerjanya di kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (15/9).
Pada kesempatan sebelumnya (14/9), Enggar membeberkan, kebutuhan pangan yang dimaksud ialah stok beras di Cipinang di bawah 1 juta ton dan mengalami kenaikan (harga) lebih dari 10 persen.
“Ini gawat, maka berarti stok beras berada pada posisi rawan. Itu disampaikan Pak Wapres dan diterima. Di situ ada pak Mentan juga. Stok menurun, Januari kita rakor,” ucap Enggar.
Enggar menambahkan, di bulan Januari, Bulog sempat mengalami defisit beras yang hanya tersedia 250 ribu ton. Kemudian pada Februari Bulog harus mengeluarkan beras sejahtera (rastra) sebanyak 350 ton.
"Kemudian berproses dan beras (impor) masuk 250 ribu ton. Artinya kalau enggak ada impor maka akan defisit beras untuk rastra. Bagaimana dengan operasi pasar? Kita keliling gudang Bulog kosong, paling besar di bawah 10 ton," lanjut Enggar.
Enggar lantas menyebutkan, stok Bulog yang kini tersedia yaitu sebanyak 2,2 ton dengan 819 ribu adalah serapan produksi dalam negeri.
“Dari 2 juta ton yang masuk artinya 1,2 juta ton, untuk itu Bulog mengirim pada perdagangan meminta perpanjangan impor, alasan karena kapalnya terlambat datang dalam surat itu,” pungkasnya.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mendag Soal Impor Beras: Ini Keputusan Bersama"
Post a Comment