Baca Juga :
"Pendapatan petani bawang akan terancam yang bisa menurunkan daya beli mereka. Penuruan daya beli pada petani bawang akan mengganggu tingkat konsumsi mereka, yang akan ikut menekan konstribusi tingkat konsumsi pada Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi nasional," ucap Ronny kepada kumparan, Senin (24/9).
Selain itu, Ronny menyebut dampak lain yang bisa terjadi adalah inflasi yang rendah. Namun Ronny mencatat tingkat inflasi yang rendah bukan selalu diartikan positif.
"Di sinilah kita harus jeli melihat inflasi rendah. Tapi bisa juga berarti penurunan daya beli yang mengakibatkan demand tetap atau berkurang yang kemudian membuat tingkat konsumsi juga tetap atau melambat," sebutnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia Ikhwan Arif mengatakan penurunan harga bawang merah di tingkat petani kali ini cukup signifikan, yakni berkisar Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kg.
“Harganya anjlok, berkisar Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kg di tingkat petani. Padahal, biasanya itu harga jual sekitar Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kg,” ungkapnya.
Sementara itu, Staf Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Purwanto menambahkan bahwa saat ini volume produksi bawang merah petani lokal lebih dari 1,4 juta ton. Terjadi kelebihan produksi dibandingkan permintaan.
“Sementara kita kebutuhan hanya berkisar 1,2 juta ton. Produksi kita cukup banyak,” jelas Purwanto.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dampak Buruk Anjloknya Harga Bawang Merah bagi Petani"
Post a Comment