
Wakil Kepala SMAN 1 Sukoharjo bagian Kesiswaan Agus Widodo menerangkan, kuota murid keluarga miskin (gakin) sebesar 20 persen. Status mereka harus dikuatkan dengan SKTM.
”Kalau mereka menggunakan SKTM kita terima, karena kita melayani. Terkait kejadian tahun lalu adanya SKTM fiktif, ya memang harus dari kelurahan yang mengawasi,” urainya kepada Jawa Pos Radar Solo, Selasa (3/7).
Enggan kecolongan, SMAN 1 Sukoharjo lebih tegas mengawal penggunaan SKTM. Jika terbukti mendaftar dengan SKTM fiktif dan diterima, murid bersangkutan akan langsung dikeluarkan.
Tahun lalu, imbuh Agus, ada sepuluh murid baru yang kedapatan menyalahgunakan SKTM. Mereka langsung dikeluarkan dari sekolah.
Kepala SMAN 1 Sukoharjo Sri Soewarsih mengimbau masyarakat ikut membantu pengawasan penggunaan SKTM. Termasuk pihak RT/RW, dan kelurahan agar menerapkan seleksi ketat kepada pemohon SKTM untuk keperluan mencari sekolah.
“Misalnya ada yang menggunakan SKTM ternyata dia kaya, masyarakat harus segera melapor ke sekolah,” pintanya.
Sekadar informasi, pada PPDB kali ini, SMAN 1 Sukoharjo menyiapkan sebanyak sepuluh unit komputer untuk sarana pendaftaran. Sampai saat ini tidak ada laporan adanya kendala.
Salah seorang orang tua murid Harni Kurniawati menilai PPDB tahun ini lebih bagus dan bisa dipantau lewat smartphone. Namun, dia khawatir jika masih ada yang menyalahgunakan SKTM untuk mendapatkan sekolah.
”Itu yang mengeluarkan (kelurahan, Red) harus jeli jangan sampai mengaku miskin ternyata rumahnya bertingkat, punya mobil, dan sebagainya,” ujar warga Kampung Larangan, Kelurahan Gayam tersebut.
(rs/yan/fer/JPR)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Murid Pura-Pura Miskin, Langsung Coret"
Post a Comment