KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pergerakan harga minyak berhasil tembus level US$ 57 per barel pada perdagagan pekan lalu. Meskipun harga mulai mengalami koreksi tipis, namun Analis Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono yakni harga masih bergerak dalam rentang US$ 57 per barel.
Mengutip Bloomberg, pergerakan harga minyak global di akhir pekan tercatat sempat koreksi 1,29% ke level US$ 56,41 per barel. Untungnya pada penutupan perdagangan, harga minyak berhasil kembali 0,16% ke level US$ 57,24 per barel.
Baca Juga: Alibaba rencanakan IPO di bursa Hong Kong terealisasi akhir November 2019
"Semakin jelasnya negosiasi perang dagang AS dan China kemarin, menjadi booster untuk harga minyak naik ke US$ 57 per barel. Padahal, di akhir Oktober sempat berada di level rendahnya US$ 53 per barel," jelas Suluh kepada Kontan, Jumat (7/11).
Selain itu, data persediaan minyak AS yang dirilis sebelumnya juga sempat menjadi pendorong harga minyak untuk bisa bertahan di level resistancenya. Suluh mengatakan, jelang akhir pekan harga minyak mkasih berada di kisaran US$ 57 per barel dan berada di jalurnya, meskipun di Jumat (8/11) harga terkoreksi.
Diakuinya, terdapat beberapa faktor yang saat ini masih akan mengganjal laju kenaikan harga minyak global. Salah satunya, upaya pemulihan produksi yang dilakukan kilang minyak asal Arab Saudi, yakni Aramco untuk menjamin ketersediaan minyak global membuat harga sulit meroket lebih cepat.
Baca Juga: Uji coba implementasi B30 siap digelar pertengahan November
Asal tahu saja, dengan bertambahnya pasokan minyak dunia maka harga minyak global berpeluang kembali tertekan. Ditambah lagi, permintaan akan minyak di pasar juga cenderung masih lesu, alhasil membuat potensi harga melemah.
Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga belum menunjukkan sinyal pasti terkait rencananya untuk memangkas produksi lebih dalam pada pertemuan Desember nanti. Apalagi di tengah ancaman bahwa permintaan minyak akan terhambat karena kemungkinan adanya resesi global.
"Desember akan ada pertemuan OPEC yang mungkin akan menjadi katalis positif bagi harga minyak. Penguatan dollar AS saat ini juga tentu akan mempengaruhi permintaan minyak," ujarnya.
Meskipun begitu, Suluh optimistis pergerakan harga minyak masih akan menguat, dengan syarat harganya bisa menembus level psikologis US$ 60 per barel. Harapannya di sisa dua bulan harga minyak bisa segera menyentuh level psikologis yang diperkirakan.
Baca Juga: Ini jurus Kemendag untuk antisipasi kenaikan harga bahan pokok jelang akhir tahun
Secara teknikal, pergerakan harga minyak sudah overbought atau menunjukkan pergerakan bullish terbatas. Untuk itu, investor direkomendasikan untuk buy on resistance. Sedangkan untuk pelaku pasar spot market bisa melakukan buy terbatas dengan target US$ 60 per barel.
Apalagi, agenda OPEC di Desember kabarnya bakal memngkas produksi lebih dalam akibat masih lesunya permintaan global. "Jadi dengan kondisi yang ada, harusnya minyak bisa naik dulu," tandasnya.
Editor: Azis Husaini
Editor: Azis Husaini
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga minyak masih di jalur bullish"
Post a Comment