Jakarta, CNBC Indonesia - Kerja sama manajemen (KSM) antara PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dengan Sriwijaya Group dikabarkan kandas. Manajemen Garuda pun melalui keterangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih melakukan pembicaraan dengan anak usahanya PT Citilink Indonesia, pihak yang bermitra dengan Sriwijaya.
KSM ini dilakukan karena ada beban kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan penerbangan milik Chandra Lie ini ke maskapai pelat merah tersebut.
Lantas sebenarnya berapa besar kewajiban yang masih harus dibayarkan Sriwijaya kepada Garuda?
Mengutip laporan keuangan konsolidasi Garuda Indonesia per Juni 2019 lalu, total piutang grup ini ke Sriwijaya Air bernilai sebesar US$ 118,79 juta atau setara dengan Rp 1,66 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari akhir Desember 2018 yang senilai US$ 55,39 juta (Rp 775,55 miliar).
Adapun dari jumlah tersebut nilai piutang dari PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF AeroAsia) kepada Sriwijaya nilainya mencapai US$ 52,51 juta (Rp 735,15 miliar), turun sedikit dari posisi US$ 55,12 juta (Rp 771,70 miliar). Nilai ini tertera dalam laporan keuangan GMF di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ternyata, kewajiban Sriwijaya tak hanya menunggak ke Garuda Indonesia dan anak usahanya, namun juga terjadi pada beberapa BUMN lainnya.
Sebelum terjadi kerja sama antara Garuda-Sriwijaya pada November 2018, tercatat kewajiban yang belum dibayarkan Sriwijaya ke PT Pertamina (Persero) sebesar Rp 942 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) sebesar Rp 585 miliar, utang spare parts senilai US$ 15 juta, dan kepada PT Angkasa Pura II senilai Rp 80 miliar, serta PT Angkasa Pura I sebesar Rp 50 miliar.
Vice President Communication Pertamina Fajriah Usman dan Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan belum merespons pertanyaan CNBC Indonesia terkait dengan detail utang yang dimaksud dan tenggat waktunya.
Manajemen Garuda sebelumnya menegaskan masih dalam pembicaraan dengan anak usahanya, Citilink Indonesia, sebagai pihak yang bekerjasama dengan Sriwijaya Group di tengah kabar pecah kongsi antara kedua grup maskapai penerbangan ini.
Ketegangan kedua grup ini memuncak ketika Dewan Komisaris Sriwijaya Air memutuskan untuk melakukan perombakan di jajaran direksi yang didominasi perwakilan Garuda. Keputusan itu tertera dalam Surat Pemberitahuan dengan Nomor: 001/Plt.DZ/ET/SJ/IX/2019 yang diperoleh CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2019).
"Lebih lanjut, laporan yang kami terima dari Citilink Indonesia, sampai dengan saat ini sedang dilakukan pembahasan dan diskusi dengan pihak Sriwijaya Air mengenai perihal tersebut . Atas dasar tersebut, kami belum dapat memberikan keterbukaan informasi kepada OJK [Otoritas Jasa Keuangan] dan publik untuk menghindari kekeliruan serta prematurnya informasi yang disampaikan," tegas manajemen Garuda.
Ini kata Garuda soal isu pecah kongsi dengan Sriwijaya
(tas/tas) https://www.cnbcindonesia.com/market/20190927132828-17-102691/kerja-sama-mau-kandas-berapa-utang-sriwijaya-ke-garuda
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kerja Sama Mau Kandas, Berapa Utang Sriwijaya ke Garuda? - CNBC Indonesia"
Post a Comment