KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu calon emiten Bursa Efek Indonesia, PT Satyamitra Kemas Lestari optimistis akan mencetak pertumbuhan bisnis signifikan. Pasalnya, Satyamitra mengklaim sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang menerapkan model bisnis integrated-packaging.
Direktur Utama Satyamitra Kinardo Ang mengatakan, hingga saat ini belum ada perusahaan di Indonesia yang menggunakan sistem bisnis seperti Satyamitra. “Saingan kami justru dari luar negeri seperti Vietnam dan India,” kata Kinardo, Selasa (2/7).
Tidak hanya pengemasan, Satyamitra juga menyediakan gudang untuk penyimpanan produk yang akan dikemas. Selain itu, Satyamitra juga akan menyediakan layanan distribusi produk dari pabrik produsen ke pabrik pengemasan Satyamitra. “Layanan itu dapat menekan cost pelanggan kami sehingga lebih memilih kami sebagai pengemas produk mereka,” tandas Kinardo.
Beberapa merek internasional disebut sudah menjadi pelanggan Satyamitra selain beberapa produk seperti dari Mayora, Indofood, dan Unilever. “Selama ini, beberapa merek sport seperti Adidas dan New Balance memesan packaging kepada kami. Begitu juga beberapa produk gawai seperti Samsung, Oppo dan Vivo,” kata Kinardo kepada awak media, Kamis (2/7).
Kinardo mengatakan, pihaknya baru saja mengantongi kontrak dengan perusahaan ritel asal Amerika Serikat (AS), Walmart. Dengan penandatanganan itu, pihaknya akan mengekspor sebanyak 150 kontainer shopping bag Walmart ke AS. “Nilainya sekitar US$ 10 juta,” imbuh Kinardo.
Kinardo menyebut kontrak tersebut adalah bukti imbas positif dari perang dagang. Walmart sebagai perusahaan ritel asal AS mau tidak mau harus mencari produsen shopping bag lain di luar China.
Satyamitra selama ini memang fokus mengembangkan berbagai bentuk packaging. Sejak berdiri di tahun 2005, Satyamitra menerima berbagai macam bentuk pengemasan mulai dari plastik, kertas hingga kardus. “Tapi dalam kurun waktu setahun ini, kami sudah mengurangi produk kemasan plastik,” ujar Kinardo.
Hingga kini, Satyamitra memiliki satu pabrik di Balaraja, Tangerang, Banten. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 10.000 ton per bulan. Selain itu, mereka juga memiliki lini produksi khusus kardus sepatu dengan kapasitas sebesar 20 juta kardus sebulan. Pasca-IPO, Satyamitra berencana akan membangun satu buah pabrik baru di Jawa Tengah.
Kinardo menyebutkan, pihaknya optimistis bisa mencapai pertumbuhan pendapatan 15% pada tahun ini. Ia menyebut ada beberapa katalis positif yang bisa menyokong kinerja perusahaannya. “Kebijakan pemerintah kepada pabrik gawai untuk membangun pabrik di Indonesia membuat kami kecipratan peluang,” ujar Kinardo.
Selain packaging, Satyamitra disebut juga fokus menciptakan sistem bisnis yang terintegrasi. Sepanjang tahun 2018 lalu, Satyamitra membukukan pendapatan Rp 2,17 triliun. Jumlah itu naik pesat sebesar 30,72% dibanding pendapatan tahun 2017 yang sebesar Rp 1,66 triliun. Ekspor mengontribusi 40% dari pendapatan Satyamitra pada tahun 2018 lalu.
Pertumbuhan pendapatan itu juga mengerek laba calon penghuni BEI ini. Tercatat, pada tahun 2018 lalu laba Satyamitra ditutup di angka Rp 131,43 miliar. Jumlah itu berlipat hampir tiga kali lipat atau tumbuh 367% dari laba di tahun 2017 yang sebesar Rp 28,12 miliar.
Editor: Wahyu Rahmawati
Editor: Wahyu Rahmawati
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Satyamitra optimistis bisnis pengemasan terintegrasi akan tumbuh tinggi"
Post a Comment