Search

RDG BI Terakhir, Mirza Adityaswara Kenang Sulitnya Hadapi Ekonomi Global

Liputan6.com, Jakarta - Komisi XI DPR RI memutuskan Destry Damayanti sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) 2019-2024. Posisi Destry menggantikan Mirza Adityaswara yang habis masa jabatanya pada 24 Juli 1019.

Mirza dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI siang ini bercerita bagaimana keluarga BI merupakan tim yang solid. Selain itu, dia juga memaparkan kesulitanya dalam menghadapi ekonomi global pada periode 2013-2018.

"Sudah 5 tahun 10 bulan saya memegang amanah, ini periode yang memang cukup challenging, kami bersama-sama dengan dewan gubernur menghadapi situasi global yang tidak mudah," tuturnya di Kantor BI, Kamis (18/7/2019).

Mirza menjelaskan, pada masa pemerintahanya, pihaknya turut merasakan ketidakpastian global, terutama atas segala kebijakan ekonomi yang diputuskan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) yaitu Donald Trump.

"Kemudian ada policy dari Trump terkait trade war, ekspor kita turun, 2013-2018 bukanlah periode yang mudah. Namun bisa dikatakan bahwa tahun ini, 2019 juga bukan periode yang easy going," ujarnya.

Dia pun berharap, BI sebagai bank sentral di Indonesia dapat terus menjaga stabilitas dalam negeri guna mendorong pertumbuhan ekonomi untuk tahun-tahun mendatang.

"BI adalah tim yang sangat solid bersama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Gubernur BI. Ini semua kita lakukan untuk stabilitas negeri ini guna pertumbuhan ekonomi yang stabil," kata dia.

2 dari 4 halaman

BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juli 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada angka 5,75 persen.

BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5 persen dan Lending Facility 6,5 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 17-18 Juli 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day repo" ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, di Kantor BI, Jakarta, Kamis (18/7/2019).

Penurunan suku bunga menurutnya dilakukan sejalan dengan kondisi perekonomian global yang melambat. 

"Kebijakan ini sejalan dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi kedepan dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ditengah pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas ekonomi Indonesia yang terkendali," ujarnya. 

3 dari 4 halaman

Sesuai Prediksi

Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Sebab, BI dinilai tidak lagi memiliki alasan untuk tetap mempertanahkan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI Repo Rate).

Pengamat Ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan, idealnya BI lakukan kebijakan preemptives dengan turunkan bunga 25-50 basis point (bps), sebelum Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, menurunkan suku bunganya.

"Tidak ada alasan bagi BI menahan suku bunga di tengah kurs rupiah yang stabil, inflasi yang rendah dan cadangan devisa yang mulai meningkat. Sektor riil juga butuh stimulus moneter agar beban bunga menurun dan bisa lebih ekspansif," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (18/7/2019).

Menurut Bhima, jika BI terlambat lakukan pemangkasan bunga acuan, maka akan melewatkan momentum yang ada saat ini. Bahkan, lanjut dia, seharusnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya BI sudah memangkas suku bunga acuannta sebesar 25 bps.

"Kalau terlambat maka investor masih menanam uang di instrumen surat utang dan deposito karena bunga tinggi, implikasi aliran likuiditas ke sektor riil bisa terhambat. Padahal sektor riil butuh relaksasi. Begitu juga dengan bank kebijakan bunga tinggi akan membuat persaingan dana murah makin ketat. Bank berlomba jaga bunga mahal agar LDR bisa rendah. Itu kan tidak sehat buat likuiditas," kata dia.

Bhima menyatakan, jika BI menurunkan suku bunga acuannya pada RDG hari ini, memang dampaknya ada lagi 3-5 bulan ke penurunan bunga kredit. Namun, jika BI berani menurunkan suku bunganya hingga 50 bps, maka dampaknya bisa lebih signifikan.

"Secara teori bunga yang turun akan memacu investor memindahkan dana dari instrumen berbasis bunga ke equitas baik beli saham atau investasi langsung. Aliran likuiditas ke sektor riil juga lebih deras. Bunga yang rendah akan turunkan cost of borrowing pengusaha. Ada keringanan biaya produksi sehingga pengusaha bisa tarik kredit lbih banyak. Ujungnya pertumbuhan kredit dan pertumbuhan ekonomi bisa dipacu naik," tanda dia. 

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4016118/rdg-bi-terakhir-mirza-adityaswara-kenang-sulitnya-hadapi-ekonomi-global

Bagikan Berita Ini

0 Response to "RDG BI Terakhir, Mirza Adityaswara Kenang Sulitnya Hadapi Ekonomi Global"

Post a Comment

Powered by Blogger.