
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara di Gedung DPR RI memaparkan di 2018 volume subsidi biasanya lebih besar dibanding realisasi. Tapi di tahun ini, ada kemungkinan konsumsi solar bakal melebihi 14,5 juta KL sebagaimana dipatok dalam APBN. "Jadi ini ada risiko di situ," kata Suahasil, Selasa (25/6/2019).
Hingga April lalu konsumsi BBM solar sudah mencapai 5,1 juta KL artinya jika dikali dengan sisa periode diperkirakan konsumsi bisa sentuh 15,3 juta KL. Melewati angka APBN yang dipatok 14,5 juta KL. "Jadi kita lihat terus apa yang terjadi."
Belum lagi soal LPG 3 Kg, menurut Suahasil konsumsi gas melon ini juga harus dipantau karena masih dijual bebas dan besar risiko penyimpangan. Pertumbuhan konsumsi per tahun untuk LPG 3 Kg mencapai 5,5%, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang artinya memang kenaikannya tak bisa dihindari.
Ia juga bercerita soal pembayaran subsidi 2018 yang mencapai Rp 97 triliun, jauh dibanding yang diketuk banggar pada 2017 di mana untuk subsidi hanya di angka Rp 47 triliun. Penyebabnya selain soal konsumsi yang bengkak juga karena ada kenaikan harga komoditas, serta nilai tukar rupiah yang fluktuatif dan melemah.
Di 2018 subsidi solar dijadikan Rp 2000 per liter untuk menolong kondisi saat itu, namun harga LPG tidak ada kenaikan sejak 2008 sehingga disparitasnya terus melebar karena ada perbedaan ICP, asumsi kurs, yang menjadi pendorong peningkatan harga.
Faktor di atas sulit dikendalikan pemerintah, kecuali dari sisi konsumsi yang harus ada pengawasan. "Sinergi Pemda dan pusat sangat penting karena Pemda adalah salah satu yang bisa mengendalikan konsumsi BBM."
(gus/gus)
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190625162419-4-80550/konsumsi-solar-2019-bengkak-waspada-subsidi-bbm-jebolBagikan Berita Ini
0 Response to "Konsumsi Solar 2019 Bengkak, Waspada Subsidi BBM Jebol! - CNBC Indonesia"
Post a Comment