KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas semakin berkilau pada perdagangan hari ini. Meski sempat terkoreksi hingga level US$ 1.382 per ons troi pada Jumat (21/6), nyatanya kemilau si kuning tak tertahankan sampai ke level US$ 1.400 per ons troi.
Senin (24/6) pukul 17.42 WIB, harga emas untuk pengiriman Agustus 2019 di Commodity Exchange naik 0,56% ke US$ 1.407,45 per ons troi dari posisi akhir pekan lalu pada US$ 1.399,63 per ons troi.
Bahkan secara year to date (ytd) harga si kuning naik 9,74% atau berada di level US$ 1.282,49 per ons troi.
Harga emas masih dalam tren naik lantaran The Fed memberikan indikasi pemangkasan suku bunga pekan lalu. Selain mengisyaratkan pemotongan suku bunga acuan dalam waktu dekat, The Fed juga merevisi turun proyeksi inflasi (PCE inflation) untuk tahun ini dan tahun depan, sehingga memperkuat kemungkinan pemangkasan suku bunga.
Analis PT Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengatakan sentimen dari The Fed membawa para investor terus berspekulasi hingga menyebabkan emas diperdagangkan di level tertingginya sejak tahun 2013 silam.
Lebih lanjut dia bilang, pasar masih tenggelam di dalam sikap easy money policy yang diambil oleh The Fed dan European Central Bank (ECB) pada minggu lalu.
Pasar saham mengalami rally, imbal hasil obligasi pemerintah telah jatuh dan juga dollar Amerika Serikat (AS) sedikit turun dengan the greenback berada dalam kondisi melemah yang berarti bullish bagi pasar komoditi termasuk logam mulia emas.
Bahkan kata Sakti, emas mendapatkan suntikan adrenalin dengan kabar lebih banyak uang yang akan digelontorkan di sistem keuangan dunia yang berarti akan ada lebih banyak permintaan konsumen untuk komoditi.
Faktor lain yang membuat harga logam mulia melesat tajam adalah sikap dua Bank Sentral mata uang utama dunia yang juga dovish, yaitu ECB dan Reseve Bank of Australia (RBA).
Bahkan, RBA telah lebih dahulu memangkas suku bunganya. “Langkah dovish kedua Bank Sentral tersebut memperkuat status emas sebagai aset safe-haven,” kata Sakti kepada Kontan.co.id, Senin (24/6).
Di samping itu, faktor geopolitik yaitu ketegangan antara AS dan Iran semakin mendorong harga emas. Pekan ini sentimen akan tertuju pada pertemuan 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia lewat rapat G20.
Para pelaku pasar akan mencermati pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump dengan Presiden China, Xi Jin Ping pada KTT yang diadakan di Osaka tersebut.
Rencana pertemuan yang telah diberitakan oleh kedua pihak itu bermaksud membahas tentang sengketa dagang antara dua negara raksasa ekonomi dunia tersebut. Sakti bilang jika perang dagang antara AS-China bisa berakhir, maka aksi risk aversion akan berkurang, sehingga kemungkinan pelaku pasar akan melepas aset safe haven termasuk emas.
Sakti mengamati secara analisa teknikal grafik daily di mana indikator moving average exponential (EMA) dengan kondisi yang melebar menunjukkan arah harga naik. Selanjutnya pada indikator relative strengh index (RSI) berada di area 84 yang menunjukkan harga di area overbought.
Kemudian pada indikator commodity channel index (CCI) berada di area 189 yang menunjukkan harga berada di area overbought namun masih berpotensi naik. “Secara umum emas berpotensi untuk kembali lanjutkan gain pada perdagangan selanjutnya,” tutur Sakti.
Untuk itu, dia merekomendasikan trading untuk emas adalah buy selama harga di atas US$ 1.417 per ons troi.
Proyeksi Sakti, harga emas pada perdagangan selanjutnya bakal berkutat di rentang support antara US$ 1.383,73, US$ 1.368,32, dan US$ 1.338,87 per ons troi. Sementara level resistance antara US$ 1.413,18, US$ 1.427,22, dan US$ 1.456,67 per ons troi.
Editor: Herlina Kartika
Editor: Herlina Kartika
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga emas cetak rekor tertinggi US$ 14.000 per ons troi"
Post a Comment