Perang dagang jilid II memang menjadi bencana bagi Apple. Pasalnya, sebagian perakitan iPhone dilakukan di China. Produk yang dirakit ini akan dijual di pasar Amerika. Jadi, produk iPhone bisa dikenakan tarif 25% bila masuk ke AS.
Analis Morgan Stanley Katy Huberty menghitung tarif 25% pada iPhone membuat harga iPhone XS naik US$160. Bila ditambah dengan pajak perusahaan, maka laba per saham Apple akan turun 23% pada 2020.
"Apple memiliki salah satu eksposur paling signifikan dalam perang dagang AS dengan China, apalagi banyak perakitan perangkat elektronik konsumennya berlokasi di China," tulis Huberty dalam sebuah catatan pekan lalu, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (14/5/2019).
Apple iPhone (Foto: Reuters)
|
"Mengingat ketergantungan pada tenaga kerja China yang mapan, berbiaya rendah dan keahliannya, perpindahan pabrik dari China tidak hanya berbiaya mahal, tetapi bisa memakan waktu beberapa bertahun-tahun untuk diselesaikan, berpotensi meningkatkan risiko."
Alasan lainnya, Apple menghasilkan banyak uang dengan menjual produknya ke konsumen China. Apple melaporkan pendapatan US$51 miliar pada tahun 2018 dari "Greater China," yang juga mencakup Hong Kong dan Taiwan.
Simak video tentang Apple jadi korban perang dagang di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/prm)
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20190514143719-37-72383/korban-pertama-perang-dagang-as-china-jilid-ii-apple-iphoneBagikan Berita Ini
0 Response to "Korban Pertama Perang Dagang AS-China Jilid II, Apple iPhone - CNBC Indonesia"
Post a Comment