
Sekertaris DPC Pelra Gresik, Abdul Rozak mengatakan, strategi yang dilakukan yakni dengan mendekati sejumlah pemilik usaha sembako. Hingga April, jumlah angkutan kayu tidak lebih dari 50 persen dari kapasitas.
Ini diperparah dengan kebijakan pemerintah yang menitikberatkan pembangunan pada infrastruktur darat. Meski demikian, angkutan kapal pada Triwulan I/2018 mencapai 49 ribu GT, tahun ini naik menjadi 87 ribu GT.
“Rata-rata saat ini pemilik barang memilih pengiriman menggunakan truk. Keengganan menggunakan kapal akibat waktu tunggunya lama,” kata Rozak.
Dikatakan, untuk menunggu kapal penuh pemilik kapal butuh waktu 2 bulan. Sebelumnya, mayoritas pengusaha butuh waktu 2 minggu untuk memenuhi badan kapal.
“Rata-rata pengiriman barang menuju ke Pulau Kalimantan dan Maluku. Tidak jarang juga untuk rute jarak dekat ke Bawean,” imbuhnya.
Menurutnya, saat ini jumlah pemilik kapal kayu di Gresik yang masih eksis mencapai 18 pengusaha. Jumlah ini menurun jauh dibandingkan tahun lalu yang mencapai 34 pengusaha. “Rata-rata load faktor kapal saat ini dibawah 50 persen dari kapasitas muat. Yang membuat kami pusing rata-rata dari kota tujuan kembali ke Gresik dengan kondisi kosong,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur PT Borneo Wisesa, Ibkar menyebutkan, pihaknya hanya berharap menjelang ramadan ini bisa mendapatkan angkutan bagus. Rata-rata barang yang dikirim sembako dan anek barang pecah belah dan plastik.
“Rata-rata pengusaha sudah memiliki pelanggan tetap setiap tahunnya yang menggunakan jasa kapal. Sehingga saat ini hanya tinggal menunggu order saja,” kata Ibkar. Dia berharap hingga ramadan mendatang kondisi laut mendukung untuk melakukan pengiriman. Jika gelombang tinggi dikhawatirkan para pengguna jasa kapal lari ke moda transportasi lain. (fir/ris)
(sb/fir/jay/JPR)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tetap Eksis, Kapal Katu Andalkan Angkutan Sembako - Jawa Pos"
Post a Comment