KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini pasar tertuju pada rilis data inflasi konsumen Inggris sebagai petunjuk tingkat kesehatan ekonomi Inggris. Pemerintah Inggris melaporkan inflasi bulanan Februari ada di level 1,9% di atas ekspektasi dan periode sebelumnya.
Mengutip Bloomberg pada Rabu (20/3) pukul 19.30 WIB pasangan mata uang GBP/USD melemah 0,53% dibanding sehari sebelumnya ke level 1,3199.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menilai GBP/USD berpeluang bergerak melemah dalam jangka pendek di tengah masih adanya sentimen kekhawatiran terhadap ketidakpastian Brexit menjelang batas waktu keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) pada tanggal 29 Maret mendatang.
Pada voting Brexit kedua Anggota parlemen Inggris memilih untuk menolak meninggalkan Uni Eropa (UE) tanpa menarik perjanjian. Dengan komposisi voting yakni anggota Parlemen Inggris memberikan suara 312 hingga 308 untuk amandemen yang mengesampingkan Inggris meninggalkan UE tanpa perjanjian penarikan.
Di sisi lain, BBC menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi Inggris dari 1,3% menjadi 1,2%, sejalan dengan prediksi terkini Bank of England (BoE). Ini akan menjadi pertumbuhan ekonomi paling lemah di Inggris dalam satu dekade, mencerminkan perlambatan ekonomi global dan juga Brexit.
BCC memperkirakan, pertumbuhan ekonomi hanya akan naik menjadi 1,3% pada tahun depan dan 1,4% pada 2021.
Faisyal dalam analisisnya Rabu (20/3) memprediksi pergerakkan GBP/USD besok akan bergerak di level support antara 1,3200, 1,3125, dan 1,3000. Sementara level resistance antara 1,3300, 1,3375, dan 1,3500.
Editor: Herlina Kartika
Editor: Herlina Kartika
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Meski inflasi Inggris rendah, GBP masih merunduk di hadapan USD"
Post a Comment