Liputan6.com, New York - Harga minyak menyentuh posisi tertinggi sejak pertengahan November dan mencetak kenaikan minggu dalam dua pekan ini.
Harga minyak menguat dipicu harapan pembicaraan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China sehingga capai kesepakatan.
Namun, harga minyak menguat dibatasi oleh AS cetak rekor persediaan minyak. Harga minyak berjangka Brent sentuh posisi USD 67,73 per barel, dan merupakan level tertinggi pada 2019.
Harga minyak acuan global ini turun lima sen ke posisi USD 67,12 per barel. Selama sepekan, harga minyak mendaki 1,2 persen.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 30 sen ke posisi USD 57,26 per barel usai sentuh posisi USD 57,81 pada awal sesi perdagangan. Harga minyak WTI sentuh kenaikan tiga persen dalam sepekan, dan merupakan level tertinggi sejak 2019.
Para perunding utama AS dan China bertemu pada Jumat pekan ini untuk akhiri pembicaraan perdagangan dalam satu minggu ini. Pembicaraan tersebut membuat kedua pihak berjuang untuk capai kesepakatan pada batas waktu 1 Maret. Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China, Liu He pada Jumat nanti.
"Harga minyak, serta pasar saham telah meningkat dengan antisipasi bahwa China dan AS akan setujui kesepakatan perdagangan. Selain itu, kami melihat pengetatan pasokan minyak di seluruh dunia yang dihasilkan dari pengurangan produksi OPEC dan non-OPEC," ujar Andy Lipow, Presiden Direktur Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (23/2/2019).
Kedua tolok ukur harga minyak meningkat pada 2019 seiring Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya termasuk Rusia mulai memangkas produksi untuk mencegah melimpahnya pasokan.
Selanjutnya
Lonjakan produksi minyak mentah AS, sebagian mengimbangi pemotongan produksi OPEC. Produksi minyak mentah AS pada pekan lalu naik ke rekor 12 juta barel per hari.
Ini seiring persediaan dibangun dalam lima minggu berturut-turut ke level tertinggi sejak Oktober 2017 dan ekspor mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
"Kami melihat total produksi minyak mentah AS mencapai 13 juta barel per hari pada akhir tahun, dengan 2019 rata-rata 12,5 juta barel per hari," tulis analis Citi dalam sebuah catatan usai laporan EIA.
Namun, perusahaan energi AS memangkas empat rig minyak mentah yang beroperasi pada pekan ini setelah tiga minggu menambah rig.
Sementara itu, persediaan minyak mentah di Texas Barat turun ke level terendah dalam empat bulan usai pipa tambahan mulai mengangkut minyak mentah dari ladang serpih terbesar AS ke pantai teluk. Sebagian besar untuk ekspor.
Dengan melonjaknya pasokan AS, Goldman Sachs mengatakan, pihaknya memperkirakan pasokan nonOPEC akan tumbuh 1,9 juta barel per hari pada 2019. Ini lebih dari mengimbangi pemotongan OPEC.
Hal itu berarti banyak bergantung pada permintaan, yang menurut Goldman diperkirakan tumbuh 1,4 juta barel per hari pada 2019. Goldman memperkirakan rata-rata harga Brent USD 60-USD 65 per barel pada 2019 dan 2020.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Sentuh Posisi Tertinggi pada 2019"
Post a Comment