KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi China yang melambat menyeret pelemahan rupiah di awal pekan ini. Senin (21/1), kurs rupiah di pasar spot melemah 0,35% menjadi Rp 14.227 per dollar Amerika Serikat (AS).
Setali tiga uang, nilai tukar rupiah di kurs tengah Bank Indonesia juga terkoreksi 0,21% ke level Rp 14.212 per dollar AS.
Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menjelaskan, ada beberapa sentimen eksternal menjadi menghadang laju rupiah.
Pertama, pertumbuhan ekonomi China tahun 2018 yang hanya 6,6%. Angka ini menjadi pertumbuhan terendah Negeri Tirai Bambu sejak 1990.
"Hasil tersebut juga membuat mata uang di Asia melemah, termasuk rupiah," kata dia, Senin (21/1). Contohnya, Won Korea yang melemah 0,56%, Peso Filipina terdepresiasi 0,48%.
Kedua, belum adanya kepastian penghentian sebagian pemerintahan AS atawa shutdown selesai membuat investor cenderung melirik aset safe haven. Yang banyak dipilih adalah dollar AS dan US Treasury.
Ketiga, belum jelasnya Brexit. "Hari ini Theresa May akan menyampaikan rencana baru untuk Brexit," tambah Enrico. Namun menurut dia, sentimen Brexit tak terlalu signifikan bagi rupiah.
Enrico memperkirakan, untuk pergerakan rupiah besok cenderung terkonsolidasi di kisaran Rp 14.080-Rp 14.280 per dollar AS. Mengingat, nanti malam pasar AS libur memperingati Martin Luther King Day.
Editor: Herlina Kartika
Editor: Herlina Kartika
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah terseret perlambatan ekonomi China"
Post a Comment