Search

Penerbitan obligasi korporasi turun, bagaimana tahun depan?

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) memproyeksikan, penerbitan obligasi korporasi di tahun ini menurun dibandingkan jumlah penerbitan tahun lalu.

Sedikit mereview, PEFINDO mengamati penerbitan obligasi di awal tahun ini cukup gencar tetapi berangsur melambat di semester II 2019 karena seiring kenaikan suku bunga di periode tersebut.

"Awal tahun kami optimis penerbitan obligasi korporasi bisa tumbuh melembihi penerbitan di tahun lalu, tetapi naiknya suku bunga membuat pembiayaan dari surat utang menjadi lebih mahal dibandingkan sebelumnya," kata Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra, Jumat (21/12).

Hingga akhir tahun, Salyadi memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi sebesar Rp 130 triliun hingga Rp 135 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dari penerbitan obligasi korporasi di tahun lalu yang mencapai Rp 155 triliun.

Sementara, jumlah penerbitan obligasi korporasi hingga November mencapai Rp 100,8 triliun dan sebanyak 50% dari total penerbitan tersebut terjadi di awal semester I tahun ini.

Sedangkan, Salyadi mencatat penerbitan medium term notes (MTN) lebih baik karena jumlahnya mencapai Rp 22,7 triliun hingga November tahun ini dan sudah hampir menyamai jumlah penerbitan MTN di tahun lalu yang sebesar Rp 22,8 triliun.

Sementara ada dua emiten yang menerbitkan surta utang sekuritisasi di 2018 dengan total nilai mencapai Rp 3,6 triliun.

Dari sisi emiten yang menerbitakn obligasi, Salyadi juga memproyeksikan jumlah emiten tahun ini lebih rendah dari jumlah emiten tahun lalu. Hingga November, Salyadi mencatat, emiten yang menerbitkan obligasi mencapai 49 emiten sementara di tahun lalu jumlahnya lebih besar, yaitu 54 emiten.

Lebih dari setengah dari penerbitan baru surat utang korporasi per akhir November 2018 berasal dari industri keuangan, terutama perbankan dan perusahaan pembiayaan. Sementara sektor riil masih dibawah 50% dengan nilai nominal sebebsar Rp 53,43 triliun.

Dari segi tenor, sepanjang tahun ini obligasi korporasi yang dikeluarkan perusahaan mayoritas merupakan tenor pendek atau dibawah lima tahun.

Sementara, rating yang mendominasi penerbitan obligasi korporasi di tahun ini adalah rating AAA dengan porsi 48%. Sementara, rating A memberikan kontribusi sebesar 28,3%. Salyadi mengamati rating A cukup banyak diterima oleh perusahaan yang termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Porsi penerbitan surat utang korporasi oleh perusahaan BUMN cukup besar untuk mendukung program pembangunan infrastruktur pemerintah," kata Salyadi.

Penerbitan baru surat utang korporasi oleh BUMN melampaui swasta dan membuat porsi outstandingnya melebihi setengah dari total outstanding surat utang korporasi. Per November outstanding surat utang korporasi BUMN mencapai Rp 56,6 triliun sementara outstanding surat utang swasta mencapai Rp 70,6 triliun.

Sementara untuk tahun 2019, Salyadi memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi cenderung stagnan menjadi sekitar Rp 135, 2 triliun. Proyeksi tersebut berdasarkan karena kecenderungan suku bunga di tahun depan tetap meningkat.

Untuk jumlah surat utang yang jatuh tempo di tahun depan jumlahnya sebanyak Rp 112,4 triliun. Menurut Salyadi faktor ini bisa mendorong perusahaan untuk menerbitkan kembali surat utang untuk refinancing. Perusahaan pembiyaan dan perbankan kemungkinan besar masih akan mendominasi penerbutan obligasi tahun depan seiring dengan kebutuhan refinancing yang juga tetap besar. Dari sisi likuiditas, perusahaan dengan
peringkat AAA diperkirakan masih akan mendominasi.

Selain tingkat suku bunga dan jumlah surat utang yang jatuh tempo, Salyadi mengatakan Pemilu 2019 juga turut mempengaruhi ekspektasi pasar terkait kepercayaan investor.

Sementara, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan penyelesaian proyek infrastruktur pemerintah yang akan diselesaikan tahun depan menjadi pendorong penerbitan surat utang korporasi.

"Awal tahun saja sudah ada beberapa emiten yang antri untuk menerbitkan obligasi," kata Reza, Jumat (21/12).

Namun, Reza mengatakan tantangan pasar surat utang korporasi di tahun depan adalah pertama, menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap efek surat utang. Sebelumnya, ada beberapa kasus efek utang yang gagal bayar.

Kedua, di tahun politik bisa membuat perusahaan yang tidak tereksposure dengan prgram infrastruktur pemerintah jadi cenderung wait and see dalam mengeluarkan surat utang.

Ketiga, jika Bank Indonesia (BI) jadi menaikkan suku bunga maka kupon obligasi akan menjadi tidak menarik.

"Penerbitan surat utang di tahun depan jika jumlahnya sama seperti tahun ini, saya pikir sudah bagus," kata Reza.

Reporter: Danielisa Putriadita
Editor: Sanny Cicilia

Reporter: Danielisa Putriadita
Editor: Sanny Cicilia
Video Pilihan

Let's block ads! (Why?)

http://investasi.kontan.co.id/news/penerbitan-obligasi-korporasi-turun-bagaimana-tahun-depan

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Penerbitan obligasi korporasi turun, bagaimana tahun depan?"

Post a Comment

Powered by Blogger.