Search

Bandung Light Festival 2018, Banyak Cahaya tapi Miskin Cerita

”KENAPA semua mobil isinya Aladin? Yang tadi lewat Ala­din, yang (melintas) ini juga,” tanya Randi (9) yang berdiri di pagar Museum Konperensi Asia-Afrika kepada ibunya, Minggu 21 Oktober 2018 malam.

Di hadapan Randi, melintas puluhan kendaraan yang berhiaskan lampu warna-warni. Ornamen khas Timur Tengah, ditandai dengan replika menara masjid atau hamparan sajadah, menjadi yang dominan. Seperti inilah gelaran Bandung Light Festival 2018 yang memasang tema ”Kisah 1001 Malam”

Ratusan, bahkan ribuan orang, berkerumun di sepanjang trotoar dan bahu Jalan Asia Afrika, menyambut iring-iringan kendaraan hias. Entakan musik mengalun kencang dari tiap-tiap peserta. Ada dangdut, ada musik dugem.

Randi, sama seperti anak-anak kecil lainnya yang ikut berdesakan malam itu, dibuat girang dengan kelap-kelip lampu di badan kendaraan hias. Ia menyimpan penasaran terhadap setiap penampil yang melintas di depannya. Namun, lama-kelamaan, Randi mulai merasakan bosan karena kemiripan di antara para peserta.

Terdapat 80 kendaraan hias yang ambil bagian dalam Bandung Light Festival kali ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka disiapkan oleh beragam satuan kerja perang­kat daerah (SKPD) di lingkung­an Pemkot Bandung.

”Warga ramai-ramai datang untuk menyaksikan tontonan yang spektakuler, tetapi ada banyak yang kurang pas di sini. Kita kan punya banyak kisah lokal yang menarik. Kenapa tidak itu saja diangkat?” kata Dewi (42) yang datang bersama keluarganya.

Menurut dia, tema ”Kisah 1001 Malam” tak disampaikan secara kreatif. Kesannya justru monoton. Tema itu sekadar diterjemahkan dalam hiasan mobil dan kostum para penampilnya. Tidak ada cerita yang sampai ke warga yang berkerumun penuh minat.

Dewi mengaku datang juga ke gelaran serupa tahun lalu. Menurut dia, kecuali pergan­tian tema, nyaris tidak ada ­inovasi yang signifikan.

”Sayang sekali kalau antusiasme warga yang demikian besar tidak terbayarkan oleh tontonan yang berkualitas. Saya harap sih tahun-tahun beri­kutnya, Bandung Light Festival bisa makin kreatif dan inovatif. Bukan hanya tentang menghias mobil dan memakai kostum,” tuturnya.

Ulang tahun kota

Bandung Light Festival, yang merupakan puncak pe­rayaan Hari Ulang Tahun ke-208 Kota Bandung, dimulai pada pukul tujuh malam. Dua jam sebelumnya, dilakukan pengaturan lalu lintas di sekitar kawasan Asia Afrika. Sebagian jalan ditutup dan arus lalu lintas dialihkan sehingga memicu kemacetan.

Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana membuka festival tahunan yang sudah digelar untuk yang keempat kali­nya ini. Membacakan naskah sambutan Wali Kota Oded M Danial, ia mengajak semua pihak menjadikan festival ini sebagai pemersatu warga kota tanpa dibatasi sekat-sekat suku, agama, ras, dan antargolongan. Festival ini menjadi penegas kemajemuk­an yang telah membentuk dan menghidupkan Kota Bandung.

Dua persoalan utama kota yang disebut Yana adalah banjir dan kemacetan. Bagi yang menonton, festival semalam setidaknya berhasil membuat mereka melupakan sejenak dua persoalan itu. Bagi yang terjebak di kawasan Asia Afrika, lain lagi ceritanya.***

Let's block ads! (Why?)

http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/10/22/bandung-light-festival-2018-banyak-cahaya-tapi-miskin-cerita-431981

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bandung Light Festival 2018, Banyak Cahaya tapi Miskin Cerita"

Post a Comment

Powered by Blogger.