
loading...
Angka ini turun 4,9% dibandingkan kuartal I/2018 yang sebesar Rp185,3 triliun. Sementara apabila dibandingkan secara year on year(yoy) kuartal II/2018 mengalami peningkatan sebesar 3,1% dari kuartal II/2017 (Rp170,9 triliun).
Terlihat kecenderungan terjadinya perlambatan pertumbuhan realisasi investasi menjadi 3,1% (kuartal II/2018 dibanding kuartal II/ 2017), dari sebelumnya 11,8% (kuartal I/ 2018 dibanding kuartal I/2017) dan 12,7% (kuartal II/2017 dibanding kuartal II/2016).
Adapun realisasi investasi pada Januari-Juni 2018 sebesar Rp361,6 triliun, meningkat 7,4% dari tahun sebelumnya yaitu Januari-Juni 2017 (Rp336,7 triliun). Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, ada beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan realisasi investasi kuartal II/2018 ini dibandingkan dengan kuartal I/2018.
”Harus diakui bahwa gejolak kurs rupiah dan perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China telah berdampak pada perlambatan laju investasi. Selain itu, kita juga telah memasuki tahun politik yang akan berlanjut sampai tahun depan.
Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, investasi kelihatannya cenderung melambat dan para investor bersifat wait and see,” ujarnya di Jakarta kemarin. Menurut Thomas, perlambatan dari kuartal I/2018 ke kuartal II/2018 disebabkan karena adanya realisasi raksasa di bidang e-commerce dan digital economy yang mengangkat realisasi investasi pada kuartal I/2018.
”Kuartal I/2018 dibantu oleh investasi raksasa sehingga kuartal II/2018 sulit untuk menandingi kuartal I/2018,” ungkapnya. Selama kuartal II/2018, realisasi PMDN sebesar Rp80,6 triliun, naik 32,1% dari Rp61 triliun pada periode yang sama 2017, dan PMA sebesar Rp95,7 triliun, turun 12,9% dari Rp109,9 triliun pada periode yang sama 2017.
BKPM juga mencatat realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan lokasi proyek (5 besar) adalah DKI Jakarta (Rp29,9 triliun, 16,9 %); Jawa Barat (Rp22,2 triliun, 12,6%); Jawa Timur (Rp16 triliun, 9,1%); Banten (Rp14,4 triliun, 8,2%); dan Kalimantan Timur (Rp13,8 triliun, 7,8%).
Sementara realisasi investasi PMDN dan PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah pertambangan (Rp28,2 triliun, 16%); transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp25,6 triliun, 14,6%); listrik, gas, dan air (Rp20,8 triliun, 11,8%); industri makanan (Rp17,2 triliun, 9,8%); dan perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (Rp15,8 triliun, 8,9%).
Lima besar negara asal PMA adalah Singapura (USD2,4 miliar, 33,5%); Jepang (USD1 miliar, 14,4%); China (USD0,7 miliar, 9,4%); Hong Kong, RRC (USD0,6 miliar, 8,2%); dan Malaysia (USD0,4 miliar, 5,3 %).
Thomas menuturkan, realisasi PMDN tumbuh tinggi karena efek pembanding pada kuartal II tahun lalu yang angkanya relatif rendah. ”Pada kuartal II/2018, investasi domestik atau PMDN ada rebound di sektor properti dan real estate.
Kemudian di sektor infrastruktur seperti jalan tol yang digenjot dalam 12 tahun terakhir realisasinya tercapai pada kuartal II tahun ini,” tuturnya. Thomas menegaskan, gejolak kurs rupiah dan sikap wait and seepada tahun politik diperkirakan akan membuat para investor melakukan penundaan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Realisasi Investasi Melambat"
Post a Comment