SENTANI - Memaksimalkan seluruh kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki supaya dapur tetap ngebul mungkin kata yang tepat disematkan untuk lelaki muda warga Kampung Nimbokrang Distrik Nimbokrang Kabupaten Jayapura.
Rohwito (39), meskipun telah memiliki pekerjaan sebagai staf Tata Usaha di SMK Negeri 2 Nimboran, dan usaha pengetikan dan kursus komputer di rumahnya, namun di sela-sela kesibukannya itu dia mampu membudidayakan jamur Tiram di kampungnya. Dan tergolong dia yang paling konsisten dan meraup untung.
Merintis usaha budidaya jamur Tiram memang butuh niat, tekat dan ilmu. Tidak ujuk-ujuk kemudian jadi, namun harus berbekal pengetahuan untuk bisa sukses, meskipun hanya ditingkat bisa panen.
Rohwito, menyebut harus memiliki asa untuk berubah, dan memperoleh penghasilan tambahan.
Bercerita kisah, budidaya yang digeluti sejak 2017 lalu ini, telah mampu menghasilkan jutaan rupiah tiap bulannya. Per hari, kata dia bisa memperoleh 200 ribu lebih untuk penjualan media tanam (Baglok) dihargai per baglok Rp10.000, sementara unyuk jamur Tiramnya dihargai Rp50.000 per kg. Permintaan datang tak hanya dari warga sekitar, namun sampai melayani pengiriman ke Wamena Kabupaten Jayawijaya.
Tak hanya jamur Tiram, Rohwito juga menggeluti budidaya jamur tongkol jagung (jangel), yang juga cukup diminati dipasaran.
Berawal dari tahun 2017 saat ada pelatihan budidaya jamur dan pelatihan ketrampilan lain di kampung ini. Kemudian timbul keinginan untuk membudidayakan jamur di rumahnya. Meskipun sejak 2007 silam, dia sudah mengetahui budidaya jamur ini.
Hanya memanfaatkan ruangan kosong berukuran 4x5 meter didamping rumanya, Rohwito kemudian mulai melakukan proses budidaya. Awal saat itu 100 baglok, keterbatasan alat membuatnya membatasi produksi.
Modal untuk 100 baglok sekitar Rp1 juta, namun kata dia untungnya bisa Rp5 juta lebih bahkan lebih per bulannya.
Prosesnya, untuk budidaya jamur Tiram terbilang lebih rumit dari jamur janggel. Mulai proses pengumpulan bahan, meliputi serbuk kayu, dedak, Gipsum dan kapur gamping serta bahan lainnya, hingga proses produksi fermentasi bisa memakan waktu tiga hari lamanya.
Beruntung bahan baku seperti serbuk kayu mudah didapat dengan banyaknya usaha meubeler di kampung ini, termasuk dedak hasil penggilingan padi yang juga tersedia melimpah di kampung ini.
"Karena bahan-bahan ini juga tidak bisa langsung kita olah. Untuk serbuk kayu, harus benar-benar sudah hilang getah kayunya. Maka biasa saya tinggalkan lama dulu untuk serbuk kayunya, saya biarkan terpapar hujan dan panas supaya getah kayu benar-benar hilang dan bisa digunakan," kata dia.
(feb)
Sebelumnya
1 / 3
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Merintis Usaha Sampingan, Kisah Rohwito Punya Usaha Jamur Tiram"
Post a Comment