KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018, indeks di bursa kawasan Asia kompak melemah. Bursa Malaysia KLCI Index melemah 4,17% dari 1.782 menjadi 1.721 sejak awal tahun. Begitu juga dengan Bursa Thailand melemah 6,28% dari 1.778 ke 1.643. Bursa saham Singapura juga melemah 4,19% dari 3.430 menjadi 3.260.
Sementara, bursa saham Filipina tergerus lebih dalam sebesar 13,55% dari 8.724 menjadi 7.399. Dan bursa Shanghai terpangkas 14,39% dari 3.369 menjadi 2.831.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyebut, kawasan Asia sebagai emerging market masih rentan terimbas sentimen perang dagang dan kenaikan Fed Fund Rate (FFR). "Ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat dan mempengaruhi laba korporasi," kata Hans. Ia menilai, kenaikan FFR yang mempengaruhi nilai tukar mata uang, juga berimbas pada perolehan laba korporasi.
Menurut Vice President Research Frederik Rasali, melemahnya bursa saham Asia sepanjang tahun ini bukan hanya dipengaruhi oleh sentimen global memanasnya tensi perang dagang antara pemain besar Amerika Serikat (AS) dan China. “Tahun ini juga tahun politik seluruh dunia, terutama banyak pemimpin bank sentral yang diganti, seperti di AS dan China juga baru mengganti menteri keuangannya,” kata dia.
Terjadinya perubahan ini membuat pasar merespon negatif. Apalagi kebijakan terkait tarif belum sepenuhnya terang. Frederik menilai tidak stabilnya kondisi pasar negara berkembang membuat investor menarik dana ke negara maju. Terlebih AS juga menaikkan yeild surat utang pemerintah.
Namun, menurut Direktur Avere Investama Teguh Hidayat, penyebab tergerusnya bursa Shanghai paling disebabkan pertumbuhan ekonomi China tak sebesar tahun-tahun sebelumnya. “Tahun 2005 pertumbuhan ekonomi China sempat menembus angka 13%, sekarang tetap tumbuh tapi angkanya makin kecil di kisaran 5% sampai 6%,” kata Teguh.
Menurut Teguh, bursa saham Shanghai memang sempat naik ke posisi 3.000, tapi itu merupakan hasil intervensi otoritas setempat dengan meminjamkan sejumlah dana kepada perusahaan sekuritas untuk dikucurkan pada nasabah. “Ini yang jadi bom waktu, tapi kalau disebut akan turun lebih dalam lagi tidak, hanya rapuh,” kata dia.
Meski menurun, secara fundamental bursa saham di negara berkembang dianggap bagus. Di antara bursa Asia, Singapura dan Thailand dianggap paling resisten terhadap gejolak yang disebabkan oleh sentimen global. “Singapura dan Thailand unggul karena current account-nya surplus,” kata Hans.
Editor: Komarul Hidayat
BURSA ASIA
http://investasi.kontan.co.id/news/sentimen-perang-dagang-masih-membayangi-pergerakan-bursa-asiaBagikan Berita Ini
0 Response to "Sentimen perang dagang masih membayangi pergerakan bursa Asia"
Post a Comment