"Maka kita usul, tawarkan saja ke swasta. Di tender ke swasta," ujar Maming dalam keterangan tertulis yang dikutip detikcom, Minggu (15/12/2019).
Dia mengatakan, rantai pasok (supply chain) BUMN saat ini dimonopoli oleh anak dan cucu usaha BUMN itu sendiri. Satu BUMN bisa memiliki puluhan bahkan ratusan anak dan cucu.
Akibat monopoli dari hulu ke hilir ini, menurutnya rantai pasok BUMN menjadi tidak efisien dan menjadi ajang pemborosan baru. Itu disebabkan proses pengadaan di BUMN menjadi sangat panjang.
Dikatakannya, dengan ditawarkan ke swasta, terjadi persaingan yang ketat di pihak vendor atau calon supplier. Nantinya BUMN akan mendapatkan harga yang kompetitif dan kualitas barang dan jasa yang bagus pula.
"Kita lihat di BUMN itu pemasoknya hampir tidak ada persaingan, ada penunjukan langsung karena anak dan cucu usaha atau tiba-tiba ada aturan anak usaha diminta bermitra dengan swasta. Padahal swasta bisa bersaing secara sehat memasok ke BUMN. Ruang-ruang ini tidak cukup sehat tercipta di BUMN," ujarnya.
Dampak dari pemborosan membuat daya saing BUMN sangat lemah. Menurutnya profitabilitas BUMN sangat memprihatinkan. Dari 142 BUMN, hanya sebagian kecil yang bisa dianggap memiliki profit dan punya kontribusi terhadap pendapatan negara. Laba BUMN sebesar Rp 189 triliun, hanya 15 BUMN yang berkontribusi hingga 73%. Oleh karena itu, dirinya meminta ekosistem usaha BUMN disinergikan dengan sektor swasta.
Dia mencontohkan, industri keuangan yang dikelola BUMN saat ini kinerjanya sangat bagus. Itu karena industri keuangan sangat ketat membatasi penguasaan usaha yang di luar core business (bisnis inti).
"Bank-bank kita kinerjanya bagus-bagus. Aturannya ketat disana. Mereka dilarang berbisnis di luar keuangan. Kan lucu kalau bank mandiri tiba-tiba punya bisnis laundry," tambahnya.
Simak Video "Eks Dirut BRI Tolak Dirombak Jadi Bos BTN"
[Gambas:Video 20detik]
(toy/dna)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pengusaha Nilai Anak-Cucu BUMN Cuma Pemborosan - Detikcom"
Post a Comment