Reporter: Akhmad Suryahadi, Barly Haliem, Ika Puspitasari | Editor: Komarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak kejutan terjadi di bursa saham sepanjang laga perdagangan saham pekan lalu. Di antara sekian banyak kejutan, tendangan geledek aksi korporasi emiten saham Astra International Tbk (ASII) boleh dibilang paling menggelegar dan menggetarkan pasar saham.
Kamis (12/12), ASII dan Standard Chartered bank (Stanchart) meneken perjanjian jual beli saham bersyarat atas 89,12% saham Permata Bank Tbk (BNLI) dengan Bangkok Bank dari Thailand. Nilai akuisisi saham Permata bisa mencapai US$ 2,6 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp 37,43 triliun.
Astra dan Stanchart sama-sama memiliki 44,56% saham BNLI. Alhasil, jika transaksi jual beli saham BNLI kelar, ASII akan mengantongi sekitar Rp 18,7 triliun.
Sebelumnya, DBS Singapura, Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC), Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan sejumlah nama lain disebut-sebut sebagai calon pembeli serius saham BNLI. Oleh karena itu, kesepakatan yang diumumkan pekan lalu juga mengakhiri spekulasi tentang siapa pembeli saham BNLI.
Baca Juga: IHSG berpotensi melemah di awal pekan
Prospek ASII
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki dan Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sama-sama menilai positif dampak penjualan saham BNLI bagi saham ASII. Sebab ASII akan menerima dana gain from investment dari penjualan saham BNLI.
Sesungguhnya jalan transaksi jual beli saham BNLI masih panjang. Apa yang diumumkan mereka barulah kesepakatan awal. Banyak syarat yang harus dipenuhi agar deal besar itu sampai pada eksekusi.
Misalnya, jual beli saham BNLI masih menunggu persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta otoritas perbankan Thailand. Juga sejumlah syarat lain yang berkaitan dengan aspek-aspek keuangan BNLI, untuk jangka waktu hingga 12 bulan ke depan. Dengan kata lain, apa pun bisa terjadi, termasuk transaksi batal, jika syarat dan ketentuannya tak terpenuhi.
Namun demikian, pasar saham telanjur punya ekspektasi sendiri. Kesepakatan awal jual beli saham BNLI ini lantas dijadikan sentimen penggerak saham ASII.
Apalagi, kendati proses penyelesaian transaksi masih lama, pasar saham sudah berspekulasi bahwa ASII akan menggunakan hasil penjualan saham BNLI sebagai dividen. Tak heran jika sehari setelahnya, saham ASII naik 4,58% pada penutupan pasar saham Jumat (13/12).
Harga saham ASII pun menyodok ke posisi tertinggi pada perdagangan akhir pekan lalu di antara saham-saham big cap lain peserta Liga Saham Big Cap. Investor asing juga mencatatkan pembelian bersih (net buy) saham ASII, senilai sekitar Rp 40,38 miliar.
Baca Juga: IHSG masih mungkin terkoreksi hingga akhir tahun
Ke depan, Nico menilai, prospek bisnis ASII bakal terus tumbuh. Oleh karena itu ia menyarankan buy saham ASII dengan target harga Rp 7.750 per saham.
Namun Yaki merekomendasikan hold saham ASII. Hitungan dia, harga pasar wajar saham ASII di level Rp 7.000 per saham.
http://investasi.kontan.co.id/news/hasil-liga-saham-big-cap-pekan-kedua-asii-menyodok-bbri-dan-bmri-memimpin
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hasil Liga Saham Big Cap Pekan Kedua: ASII menyodok, BBRI dan BMRI memimpin"
Post a Comment