KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbeda dengan Surat Berharga Negara (SBN) ritel lainnya, Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI16 nantinya dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Instrumen ini akan beredar di pasar sekunder setelah melalui masa holding period yang umumnya berlangsung selama dua periode pembayaran kupon.
Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menilai, fitur tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor. Bukan mustahil, seperti penawaran SBN ritel sebelumnya, ORI16 akan kembali dibanjiri permintaan dari investor kalangan milenial.
Baca Juga: AEI: Sudah tidak up to date, undang-undang pasar modal perlu diperbarui
Apalagi, jika berkaca pada penerbitan ORI terdahulu, nilai pemesanan minimum instrumen ini dipercaya masih sebesar Rp 1 juta. Angka ini relatif terjangkau bagi investor milenial ataupun investor yang memiliki keterbatasan dana.
Namun, ia berpendapat, instrumen seperti ORI cenderung minim transaksi begitu beredar di pasar sekunder. Dalam hal ini, sebagian investor pemegang instrumen tersebut lebih memilih menahan kepemilikannya hingga jatuh tempo atau hold to maturity.
Sementara itu, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto meyakini, ORI16 akan memiliki likuiditas yang bagus di pasar sekunder. Tapi ia tidak memungkiri bahwa transaksi ORI di pasar sekunder cenderung lebih diramaikan oleh investor institusi.
ORI sendiri memang dapat dimiliki oleh investor institusi ketika sudah ditawarkan di pasar sekunder. Ini dengan catatan investor tersebut merupakan warga negara Indonesia (WNI).
Baca Juga: Kebijakan moneter global melonggar, modal asing diramal mengalir deras di 2020
Biasanya, investor ritel yang berdana jumbo akan berupaya memaksimalkan potensi capital gain di pasar sekunder. Ketika investor ini melakukan penjualan, maka umumnya investor institusi yang membeli instrumen tersebut. Setelah itu, transaksi jual-beli ORI akan lebih banyak melibatkan antar investor institusi.
“Tidak jarang institusi seperti manajer investasi menjadikan ORI sebagai aset dasar produk reksadananya,” ungkap Ramdhan, Jumat (29/9) lalu.
Terlepas dari itu, Ramdhan yakin nilai penjualan ORI16 akan lebih tinggi ketimbang SBN ritel sebelumnya yang bersifat non-tradable. Hal ini didukung oleh masa penawaran ORI16 yang cukup lama yakni 25 hari.
Selain itu, tren penurunan suku bunga acuan bakal menambah daya tarik ORI16. Pasalnya, harga instrumen ini dapat naik signifikan ketika beredar di pasar sekunder. “Investor ritel yang punya tujuan mencari capital gain akan memburu ORI16 ketika ditawarkan nanti,” jelasnya.
Sekadar catatan, berdasarkan keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, ORI16 akan mulai ditawarkan pada 2Oktober hingga 24 Oktober 2019 mendatang.
Baca Juga: Percepat Pelunasan Utang, Agung Podomoro Land (APLN) Peroleh Fasilitas Utang Baru
Editor: Tendi
Editor: Tendi
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Analis: ORI16 cukup prospektif lantaran dapat diperdagangkan di pasar sekunder"
Post a Comment