Founder dan CEO Gojek Grup Nadiem Makarim mengisahkan, saat mendirikan perusahaannya di 2010 kantornya masih berukuran 5 x 7 meter. Nama yang diusung sebagai mereknya juga bukan Gojek, melainkan Go-Biz.
Bahkan, konsumen yang ingin memakai jasanya harus terlebih dahulu menelepon ke call center Gojek untuk mendapatkan driver yang terdekat dengan konsumen.
"Gojek mulai dari call center, waktu itu kantornya sebesar panggung ini, 5 x 7 meter kantornya. Waktu itu kita belum punya teknologi, pedanaan, kita punya call center namanya Go-Biz versi satu yang web software, yang kerjaannya hanya mencari kira-kira driver itu di mana," tuturnya di kantor Gojek, Pasaraya Blok M, Jakarta, Senin (22/7/2019).
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET |
"Jadinya manual sistemnya. Kalau ada yang ingat, pesan Gojek ya seperti itu. Harus telepon dulu, terus kata CS-nya 'ok tunggu bentar ya', kemudian ditutup, lalu ditelepon driver satu per satu driver sampai ada yang nerima. Kalau beruntung, driver bisa datang 15 menit," ucap Nadiem mengenang situasi sembilan tahun lalu.
Tantangannya tak selesai sampai di sana. Sekitar 3-4 tahun awal berdirinya Gojek, tak satupun investor sudi untuk menggelontorkan investasi ke perusahaan yang dinahkodai Nadiem ini.
"Nggak mau yang mendanai Gojek. Jadinya kita harus bersusah-susah mencari pedanaan sendiri, pinjam uang ke teman, keluarga, dan lain-lain. Saya pun harus bekerja di tempat lain untuk mencari nafkah buat saya dan juga menomboki perusahaan Gojek. Itu suatu periode yang tidak mudah," tuturnya.
Baru di tahun 2015, Gojek merilis aplikasi mobile sekaligus membawanya jadi perusahaan teknologi. Di aplikasi tersebut tersedia layanan ojek online (GoRide), antar barang (GoSend), dan layanan pembelian di supermarket (GoMart). Seiring berjalannya waktu, Gojek menyediakan hingga 22 jenis layanan hingga sekarang.
Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET |
Dengan menjamurnya layanan yang ditawarkan, Gojek tak lagi jadi sekadar ride hailing melainkan sebagai super app yang isinya berbagai layanan kebutuhan masyarakat.
"Kesuksesan Gojek tak hanya timnya, tapi terutama mitra kami yang semangat berpartisipasi dalam ekosistem kita dan juga konsumen," pungkas pria lulusan Harvard Business School ini.
Diketahui, berbagai perusahaan lokal maupun global berlomba menggelontorkan dana segar ke kantong Gojek. Mulai dari Google, Temasek, Sequoia, Northstar, KKR, Warburg Pincus, SCB, Tencent, JD.com, Meituan.com, Capital Group, Astra, Blibli, dan yang terbaru Visa serta Mitsubishi.
Simak Video "Jadi yang Pertama Adalah Kunci Go-Jek Gaet Milenial"
[Gambas:Video 20detik]
(agt/krs)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gojek di Masa Lalu: Kantor Sempit, Investor Pelit - detikInet"
Post a Comment