Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah nominal harian buruh tani nasional pada Mei 2019 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,19 persen dibanding April 2019. Kenaikan upah buruh tersebut dari Rp53.952 menjadi Rp54.056 per hari.
"Sementara upah riil buruh tani mengalami penurunan sebesar 0,39 persen dibanding Maret 2019, yaitu dari Rp38.305 menjadi Rp38.154," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (24/6).
Untuk diketahui, upah nominal merupakan rata-rata upah harian yang diterima buruh sedangkan upah riil menggambarkan daya beli dari pendapatan atau upah yang diterima buruh atau pekerja.
Sementara itu, upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Mei 2019 tidak mengalami perubahan yaitu bertengger di Rp88.664 per hari. Sedangkan Upah riil harian buruh bangunan juga mengalami penurunan sebesar 0,68 persen dari Rp64.969 menjadi Rp64.530
Sedangkan rata-rata upah nominal buruh potong rambut wanita per kepala pada Mei 2019 juga mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen yaitu dari Rp27.585 pada April 2019 menjadi Rp27.665.
"Kenaikan ini justru bertolak belakang dengan upah riil yang turun sebesar 0,39 persen dari Rp20.213 menjadi Rp20.135," jelasnya.
Untuk rata-rata upah nominal pembantu rumah tangga pada April 2019 juga mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen yaitu dari Rp408.685 per bulan menjadi Rp408.543 per bulan. Namun, upah buruh riil nya turun sebesar 0,47 persen yaitu dari Rp299.469 per bulan menjadi Rp298.066 per bulan.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
BPS Sebut Inflasi Sepanjang Ramadan Terkendali
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi selama Mei sebesar 0,68 persen. Tingkat inflasi ini dinilai masih kondisi terkendali, bahkan jauh lebih baik dibandingkan periode di tahun-tahun sebelumnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, kondisi indeks harga yang stabil didapati pada harga bahan pangan sepanjang Ramadan. Walaupun terlihat mengalami inflasi untuk kelompok bahan pangan ini mencapai 2,02 persen, namun menurut dia kenaikan indeks harga pagan tersebut karena minggu awal dan akhir Ramadan seluruhnya terjadi pada Mei 2019.
“Sebetulnya cenderung terkendali, ya agak mendinganlah,” ujar Yunita Rusanti di Jakarta, Selasa (11/6/2019).
Selain itu, lanjut Yunita, inflasi pada Mei 2019 cenderung besar lantaran Ramadan dimulai sejak awal bulan. Sementara pada tahun lalu, masa Ramadan baru dimulai pada pertengahan Mei sehingga menyebabkan inflasi Ramadan tidak tercakup pada Mei saja, namun terbagi juga pada Juni.
“Kalau di pertengahan, berarti inflasinya itu terbagi dua di Mei dan Juni 2018,” kata dia.
BPS Catat Inflasi Mei 2019 Sebesar 0,68 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama bulan Mei sebesar 0,68 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menyebutkan inflasi 0,68 persen tersebut secara tahun kalender Januari - Mei adalah sebesar 1,48 persen.
"Sementara inflasi tahun ke tahun adalah 3,32 persen," kata dia di kantornya, Senin (10/6).
Dia menegaskan, inflasi pada bulan Mei dimana pada waktu tersebut adalah momen Ramadan dan Idul Fitri termasuk kategori terkendali.
"Target yang dipasang oleh pemerintah adalah 3,5 persen, dengan memperhatikan target ini saya akan simpulkan bahwa inflasi Mei 2019 terkendali," tegasnya.
Dia mengungkapkan, dari 82 kota yang dilakukan pemantauan 81 diantaranya mengalami inflasi. Hanya satu kota yang mengalami deflasi, yaitu Merauke.
"Dari 82 kota yang kita pantau, 81 kota mengalami inflasi, bisa dipahami karena ini bulan Ramadan. Hanya satu kota yang mengalami deflasi yaitu di Merauke. Merauke deflasi karena penurunan harga berbagai komoditas sayuran dan beras," tutupnya.
BPS: Ekonomi RI Tumbuh 5,07 Persen pada Kuartal I 2019
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2019 sebesar 5,07 persen.
Capaian pertumbuhan ekonominaik tipis apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar 5,06 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal 1 2019 tumbuh 5,07 persen, naik tipis dibanding periode sebelumnya." kata Kepala BPS, Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (6/5/2019).
Suhariyanto mengatakan, apabila dibandingkan secara year on year memang pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh. Meski tidak signifikan pertumbuhan ini dinilai cukup baik.
Seperti diketahui pada kuartal 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat hanya sebesar 4,94 persen. Kemudian naik tipis pada 2017 periode yang sama sebesar 5,01 persen. Dan terakhir pada 2018 tumbuh sebesar 5,06 persen.
"Kita berharap di kuartal II-2019 akan semakin bagus karena akan konsumsi yang lebih tinggi ada Ramadhan dan Lebaran," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Upah Nominal Harian Buruh Tani Naik 0,19 Persen"
Post a Comment