:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/770417/original/087546400_1416715284-Ekonomi_China_2.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) prediksi pertumbuhan ekonomi Asia melambat pada 2019. Kemudian kehilangan momentum pada 2020.
Hal ini karena risiko ekonomi meningkat seiring perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta ketidakpastian Brexit.
ADB prediksi ekonomi Asia tumbuh 5,7 persen pada 2019. Pertumbuhan ekonomi itu melambat dari proyeksi 5,9 persen pada 2018 dan pertumbuhan 6,2 persen pada 2017.
Perkiraan 2019 itu mewakili sedikit penurunan dari perkiraan Desember sebesar 5,8 persen. Pada 2020, ekonomi Asia diperkirakan tumbuh 5,6 persen. Pertumbuhan ekonomi itu paling lambat sejak 2001.
"Perang dagang yang terjadi antara China dan AS dapat merusak investasi dan pertumbuhan di negara berkembang Asia," ujar Ekonom ADB, Yasuyuki Sawada, seperti dikutip dari laman the Australian.com, Kamis (4/4/2019).
ADB juga melihat ketidakpastian yang berasal dari kebijakan fiskal AS dan Brexit sebagai risiko ke depan. Sentimen itu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi negara maju dan prospek ekonomi China.
"Meski pun kenaikan tiba-tiba dalam suku bunga AS tampaknya telah berhenti untuk saat ini. Namun pembuat kebijakan harus tetap waspada di masa yang tidak pasti ini," ujar Sawada.
ADB juga proyeksikan, ekonomi China akan tumbuh 6,3 persen pada 2019. Proyeksi itu tidak berubah dari proyeksi Desember. Akan tetapi, ekonomi China lebih lambat dari ekspansi negara itu 6,6 persen pada 2018. Kemudian ekonomi China akan tumbuh 6,1 persen pada 2020.
Ekonomi China akan didukung dari pemangkasan pajak dan peningkatan pengeluaran negara untuk infrastruktur.
Di luar risiko perdagangan, ADB mengatakan, pertumbuhan China juga dibayangi pembatasan shadow banking, yang diperkirakan membatasi ekspansi kredit.
"Saya harus menekankan walaupun pemerintah ingin menstabilkan pertumbuhan, pemerintah tidak ingin menaikkan tingkat pertumbuhan seperti tahun-tahun sebelumnya ketika Anda melihat paket stimulus besar, seperti pada periode 2008-2009," ujar Ekonom Senior ADB, Jian Zhuang.
Bank-bank China dinilai mungkin masih tetap enggan untuk menurunkan biaya pinjaman bagi sebagian perusahaan. Ini karena kekhawatiran akan meningkatnya risiko gagal bayar korporasi seiring ekonomi yang melambat.
"Bank sentral dapat mengambil tindakan lebih lanjut, seperti memangkas suku bunga pinjaman satu tahun dan suku bunga deposit," tulis ADB.
China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 6 persen-6,5 persen pada 2019.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3933667/adb-prediksi-ekonomi-asia-melambat-imbas-perang-dagangBagikan Berita Ini
0 Response to "ADB Prediksi Ekonomi Asia Melambat Imbas Perang Dagang"
Post a Comment