Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, Indonesia perlu meningkatkan ekspor produk nonmigas. Hal ini guna memperkuat ekonomi Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang tengah tidak baik.
Darmin menyatakan, harus diakui saat ini pertumbuhan ekonomi dunia memang mengalami perlambatan. Proyeksi pertumbuhan yang diumumkan oleh IMF dan Bank Dunia (World Bank) pun terkoreksi turun.
"Memang kita perlu sekali ekspor itu meningkat dengan baik. Kita sepakat memang harus diakui ekonomi dunia bukan makin baik tapi makin tidak baik. Coba proyeksinya IMF World Bank. Makin lama makin turun. Nanti pertengahan tahun akhir tahun turun lagi. Artinya memang ekonomi dunia sedang tidak baik," ujar dia dalam Raker Kementerian Perdagangan di Jakarta, Selasa (12/3/2019).
Dalam situasi seperti ini, lanjut Darmin, mau tidak mau Indonesia harus terus menggenjot ekspor. Meski ekspor ke negara utama seperti Amerika Serikat (AS) dan China mengalami penurunan, namun masih terbuka negara tujuan lain yang bisa dimanfaatkan untuk menggenjot ekspor.
"Dalam situasi seperti ini Pak Enggar (Menteri Perdagangan) harus melakukan untuk mencari market. Yang lebih repot adalah ekspor utama kita itu ke China sama AS. Dua-duanya melambat. Sehingga artinya apa, ini harus mencari negara lain atau komoditas lain," kata dia.
Meski demikian, Darmin menyatakan upaya untuk mendeversifikasi negara tujuan ekspor bukan perkara yang gampang. Butuh kepercayaan dari negara lain agar produk Indonesia bisa diterima dengan baik.
"Itu upaya yang selalu bukan upaya sebulan dua bulan langsung jadi. Itu membangun kepercayaan. Barang itu kan ada trust-nya juga kalau orang enggak percaya barang kita bagus, ya dia ambil ke negara yang lebih dipercaya," tandas dia.
Kapal Nelayan Terbakar 3 Orang Tewas
powered by
Ekonomi Indonesia Bakal Kalahkan China di 2028
Indonesia masuk ke posisi 5 besar dalam daftar negara berkembang yang diprediksi akan kuasai ekonomi global versi Oxford Economics. Dengan beragam sumber daya alam yang dimiliki dan pertumbuhan ekonomi yang berjalan baik, diyakini Indonesia bisa kalahkan negara lainnya.
Oxford Economics telah melakukan riset, pada 2028 nanti hampir sebagian besar negara Asia akan menguasai ekonomi dunia, dengan beberapa negara dari benua Amerika dan Afrika.
Dilansir dari Business Insider, ekonomi Indonesia diproyeksi memiliki pertumbuhan yang besar dan menjadi pemain dominan di Asia. Para pemain signifikan seperti China, Turki, dan Malaysia pun diprediksi kalah oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Faktor-faktor yang memainkan peran penting ialah faktor GDP dan kuatnya produktivitas. Selain itu, kemampuan pendanaan suatu negara serta pertumbuhan tenaga kerja juga ikut dipertimbangkan.
"Diberkahi dengan sumber daya alam yang berlimpah dan terus mengurangi ketergantungan dari pendanaan asing, Indonesia tampak siap menjadi pemain kunci dengan pertumbuhan 5,1 persen," tulis Business Insider.
Di Asia Tenggara, satu-satunya negara berkembang yang akan melewati Indonesia adalah Filipina. China sendiri kalah karena pertumbuhan ekonominya akan melambat dalam satu dekade ke depan.
Selengkapnya, berikut daftar 10 negara yang akan memiliki ekonomi signifikan dalam 10 tahun ke depan.
10. Afrika Selatan
Menurut Oxford Economics, Afrika Selatan menjadi negara ke-10 dengan ekonomi yang tumbuh dengan cepat. Produk Domestik Bruto (PDB) Afrika Selatan per tahunnya diperkirakan berkisar di angka 2,3 persen. Negara ini adalah satu-satunya negara berkembang di benua Afrika yang masuk ke dalam daftar.
9. Polandia
Polandia juga merupakan satu-satunya negara dari Eropa yang masuk ke dalam daftar. Setelah masuk Uni Eropa, PDB Polandia diharapkan stabil di angka 2,5 persen dengan adanya akses yang kuat ke sektor perbankan Eropa dan penggunaan mata uang Euro.
8. Chile
Negara berkembang satu-satunya dari Amerika Selatan yang masuk ke daftar ini memiliki ekonomi yang berkembang cepat dan lebih atraktif dari Argentina dan Brazil. Chile merupakan raksasa pertambangan dan tampaknya akan berada di garis depan pasar baterai lithium di masa depan. Oxford Economics memprediksi tingkat pertumbuhan rata-rata PDB negara ini sebesar 2,6 persen.
7. Thailand
Negeri Gajah Putih ini diprediksi memiliki PDB sebesar 2,9 persen. Pariwisata membentuk sekitar 11% dari output PDB dengan jumlah yang meningkat setiap tahunnya.
6. Turki
Cukup unik mendengar Turki masuk ke dalam daftar yang diprediksi Oxford Economics, karena ekonomi negara ini sering jatuh bangun, mulai dari mata uang yang tidak stabil hingga konflik sektor politik yang berimbas ke ekonomi negara. Namun negara berkembang ini diprediksi mengalami pertumbuhan PDB sekitar 3 persen.
5. Malaysia
Sempat dibatasi aktivitas ekspor komoditas pertaniannya, Malaysia diprediksi dapat memiliki pertumbuhan PDB sebesar 3,8 persen. Hal ini mengesankan karena pertumbuhan TFPnya justru kecil.
4. China
Ternyata, negara yang terkenal dengan aktivitas ekonominya yang kuat ini hanya menduduki peringkat ke-4. Pertumbuhan PDBnya diprediksi berada di angka 5,1 persen, namun tingkat utangnya tetap tinggi.
3. Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia barangkali menjadi kisah sukses paling mengesankan hingga Oxford Economics memprediksi pertumbuhan PDB naik sebesar 5,1 persen, didukung oleh persediaan sumber daya alam yang melimpah.
2. Filipina
Negara yang dipimpin oleh Rodrigo Duterte ini hampir sama potensialnya seperti Indonesia. Diramalkan, PDB negara ini akan tumbuh 5,3 persen berkat peningkatan tenaga kerjanya.
1. India
Duduki posisi pertama, PDB India diprediksi tumbuh sebesar 6,5 persen. Dengan jumlah penduduk yang besar, jika dipersiapkan dengan baik, negara ini akan menguasai ekonomi global.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Solusi Menteri Darmin Hadapi Perlambatan Ekonomi Dunia"
Post a Comment