Search

Marlon Suyanthio: Jangan andalkan analisis teknikal

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Investor saham Marlon Suyanthio mulai berkenalan dengan dunia saham awal 2008. Dengan harapan bisa menggandakan kekayaan, ia mencoba peruntungan dengan cara trading saham. Namun untung tak bisa diraih, malang pun tak bisa ditolak, ia malah banyak merugi. "Beberapa bulan awal, saya banyak merugi banyak karena banyak beli saham gorengan," kenangnya.

Marlon lantas mengubah strategi investasi dari trading jangka pendek ke investasi jangka panjang. Awalnya dia berinvestasi dengan hanya melihat rasio valuasi saham seperti Price to Book Value (PBV) dan Price to Earnings (PER). Tapi lambat laun, ia juga mulai memperhatikan fundamental lain, seperti manajemen, arus kas, kualitas aset serta kualitas dan kesinambungan penjualan dan laba bersih.

Saham pertama yang ia beli dengan pendekatan analisis fundamental dan horizon investasi jangka panjang adalah Gajah Tunggal (GJTL). Ia membeli GJTL di harga Rp 210 per saham lalu dijual setahun kemudian Rp 430 per saham.

Untuk pertama kalinya Marlon menikmati keuntungan besar dan membuatnya kian bersemangat untuk mencari saham lain yang prospektif. Ia menemukan saham Media Nusantara Citra (MNCN), membeli di harga Rp 240 per saham, dan naik jadi Rp 1.000 per saham dalam tempo 15 bulan.

Sukses dengan GJTL dan MNCN, Marlon mulai berpikir untuk mencurahkan seluruh perhatiaanya untuk berinvestasi saham. Mulanya hal tersebut tak disetujui oleh kedua orang tuanya, maklum mereka tak punya pengalaman investasi di saham.

Namun setelah membaca kisah dua investor senior seperti Lo Kheng Hong dan Sukarto Bujung, ia seperti mendapat pencerahan baru. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi investor saham seutuhnya.

Ia juga mendapat pencerahan bahwa trader dan investor saham itu berbeda jauh. Ia bilang dengan menjadi investor saham membuat gaya hidup jadi lebih hemat. "Saat mendapat keuntungan besar, saya menginvestasikan kembali keuntungan tersebut di saham," tuturnya.

Ia juga kurang sepakat bila orang menyamaratakan soal analisis teknikal dan analisis fundamental. "Antara analisis teknikal dan fundamental itu berbeda. "Soal teknikal analis, kenal dan tau, iya, tapi saya tidak percaya dan itu perlu disaring lagi karena kadang tidak pasti," katanya.

Tahun 2011, Marlon membeli saham Lippo Cikarang (LPCK) di harga Rp 430 per saham. Tidak lama kemudian, terjadi bencana tsunami di Jepang. Marlon membaca berita bahwa beberapa pabrik di Jepang akan direlokasi ke sekitar Jakarta, dan mulai berharap keuntungan besar dari LPCK.

Setelah memegang saham LPCK selama dua tahun, ia menjual di harga Rp 3.500 per saham. "Meski untung banyak, saya merasa ada yang salah karena saham ini kemudian naik menjadi Rp 12.000 per saham," kata Marlon.

Setelah menjual saham LPCK, Marlon menaruh uangnya di beberapa saham lain, salah satunya adalah Indah Kiat (INKP). Ia membeli INKP tahun 2015 di harga sekitar Rp 790 per saham Setelah dua tahun, saham INKP naik tinggi dan Marlon menjualnya di harga Rp 4.500 per saham.

Marlon membuat kesalahan yang sama karena saham INKP naik terus menjadi Rp 20.000 per saham. Namun ia tak menyesal, namun tetap belajar untuk bersyukur dengan apa pun yang terjadi.

Tapi tidak semua saham yang ia beli membawa cuan. Ia juga pernah merasakan rugi, saat membeli saham Dayaindo Resources Internasional (KARK) yang akhirnya delisting. Dari situ, ia belajar perlunya mempelajari dan memeriksa ulang laporan keuangan emiten. Marlon juga pernah membeli saham Buana Listya Tama (BULL) yang sempat di-suspend beberapa tahun oleh Bursa Efek Indonesia.

Meskipun demikian, portofolio saham Marlon termasuk berkembang pesat. Selama periode 2009 hingga 2018, Marlon berhasil menumbuhkan modal sahamnya di kisaran 55% per tahun.

Ia juga memberikan beberapa tips bagi calon investor dan investor pemula yaitu berinvestasilah secara benar, yakni membeli saham perusahaan bagus tapi murah dan jual di saat harga sudah naik tinggi. "Kalau ingin hold, harus ada feed, selama dana bagus saya pikir tak masalah dan tetap percaya diri," pungkas dia.


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi
Editor: Azis Husaini
Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi
Editor: Azis Husaini
Video Pilihan

Let's block ads! (Why?)

http://investasi.kontan.co.id/news/marlon-suyanthio-jangan-andalkan-analisis-teknikal

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Marlon Suyanthio: Jangan andalkan analisis teknikal"

Post a Comment

Powered by Blogger.