KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Masuknya nama-nama pemilik emiten ke dalam daftar Orang Terkaya Indonesia 2019 yang dilansir Majalah Forbes, dinilai memiliki sentimen positif di kalangan pelaku pasar. Namun, porsi kepemilikan saham Orang Terkaya Indonesia 2019 itupun perlu menjadi perhatian.
"Logikanya, kalau kepemilikan saham mereka di atas 50% maka pergerakan sahammnya pun tidak akan terlalu banyak bergerak," kata Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido kepada Kontan, Jumat (8/3).
Menurutnya, jika lembar saham yang beredar di pasar tidak terlalu banyak, tentunya aktifitas trading yang terjadi di bursa saham pun cenderung minim. Hal ini tercermin dari saham PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang 58,01% sahamnya dikuasai induk usahanya. Meskipun sahamnya hari ini (8/3) sukses menguat 8,33%, namun dari sisi volume perdagangannya sangat minim atau hanya 4.900.
"Meskipun begitu, ke depan prospek saham perbankan sudah netral. Ini berlaku untuk BBCA, MEGA maupun MAYA, sehingga peluang taking profit juga terbuka," ungkapnya.
Meskipun, menurut Kevin untuk saham MEGA dilihat dari sisi likuiditas belum menarik karena belum likuid. Dimana, sebagai investor ritel maupun manajemen investasi untuk sulit membeli saham tersebut.
Di sisi lain, prospek saham milik Orang Terkaya Indonesia 2019 juga bergantung pada kondisi ekonomi ke depan. Di mana, menurut Kevin beberapa sektor yang sangat senitif terhadap ekonomi yakni pertambangan, perbankan dan otomotif.
Berdasarkan rangkuman Kontan, beberapa emiten lainnya yang dikuasai lebih dari 50% dari pemilik yakni saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang 73,06% sahamnya dikuasai orang terkaya keenam di Indonesia yakni Prajogo Pangestu. Disusul dengan Low Tuck Kwong yang menguasai 53,73% saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Editor: Azis Husaini
Editor: Azis Husaini
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dikuasai para pemilik, saham emiten cenderung tak likuid"
Post a Comment