KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah sepekan ini, menguat di awal pekan dan terkoreksi di akhir pekan. Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Jumat (7/12) rupiah tercatat menguat 0,28% ke Rp 14.480 per dollar Amerika Serikat (AS). Selama sepekan rupiah tercatat melemah 1,24%.
Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah tercatat melemah 0,22% ke Rp 14.539 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah tercatat melemah 1,39%.
Ekonom Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, penguatan rupiah di awal pekan terpicu pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang mengindikasikan akan menahan laju peningkatan kenaikan suku bunga acuan.
Sementara, di akhir pekan penguatan rupiah terkoreksi karena pelaku pasar berusaha priced in pada semakin dekatnya kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga di pertengahan Desember.
Fikri mengatakan, pergerakan rupiah sepekan depan akan bergantung pada data personal consumption expenditures (PCE) yang dirilis nanti malam. Fikri mengatakan kemungkinannya data PCE AS masih akan tinggi dan bisa menaikkan inflasi AS ke rentang 2,5%-2,8%.
"Jika inflasi lebih dari 2,5% takutnya agar masih ada return pada US Treasury, AS jadi menaikkan suku bunga di Desember ini," kata Fikri, Jumat (7/12).
Dampaknya, rupiah jadi berpotensi terdepresiasi di pekan depan dalam rentang Rp 14.650 per dollar AS hingga 14.950 per dollar AS.
Editor: Wahyu Rahmawati
Editor: Wahyu Rahmawati
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah berpotensi terdepresiasi jika AS naikkan suku bunga"
Post a Comment