:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2328212/original/097536600_1534149571-Uang-Dolar3.jpg)
VP Sales and Distribution PT Ashmore Assets Management Indonesia, Angganata Sebastian, menuturkan ada sejumlah faktor membuat nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS dalam tiga hari ini.
Pertama, meredanya ketegangan global setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang aka nada kata sepakat untuk perjanjian dagang. Kedua, adanya harapan partai Demokrat yang akan kembali menguasai house of representative pada pemilihan paruh waktu atau midterm election sehingga bisa menyeimbangkan keputusan dari Presiden AS Donald Trump.
"Dari domestik, Bank Indonesia (BI) memberlakukan domestik NDF sehingga suplai dolar AS dalam negeri diharapkan meningkat,” ujar Angganata saat dihubungi Liputan6.com.
Angganata menambahkan, bila memang ada kata sepakat dari perjanjian dagang seharusnya dapat membuat rupiah mampu bertahan terhadap dolar AS. Bila hal itu terjadi, menurut Angganata investor akan kembali berani mengambil langkah untuk ambil risiko mendapatkan investasi dengan tingkat pengembalian lebih tinggi.
Meski demikian, Angganata mengingatkan ada sejumlah risiko yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar yaitu pengumuman neraca transaksi berjalan. Berdasarkan konsensus, defisit transaksi berjalan berada di kisaran 3,2 persen-3,5 persen. “Jadi angka itu di atas tersebut indikasi tidak baik untuk rupiah,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS terus menguat. Pagi ini, Rupiah menguat paling perkasa diantara mata uang negara lain di Asia.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Masih Paling Kuat di Asia"
Post a Comment