Lima saham turun, ini 10 saham LQ45 dengan PER terkecil (26 November 2018)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Senin (26/11) Bursa Efek Indonesia (BEI) bertahan di zona hijau. Ketika bursa saham tutup warung, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 16,58 poin (0,28%) hinggap di angka indeks 6022,78.

LQ45, indeks saham dengan konstituen saham-saham berkapitalisasi pasar terbesar dan terlikuid, juga bertahan di area hijau. Naik 3,12 poin (0,33%%), LQ45 berakhir di 962,95.

Indika Energy Tbk (INDY), Waskita Karya Tbk (WSKT), dan Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) berada di posisi tiga pertama daftar saham LQ45 dengan PER positif terkecil secara berurutan; masing-masing dengan PER 4,2 kali, 4,45 kali, dan 5,16 kali. Posisi selanjutnya diisi oleh ITMG, LPPF, ADRO, INKP, ELSA, WSBP, dan PTBA.

Dari seluruh saham yang yang masuk dalam daftar ini, lima saham harganya turun dari harga penutupan sebelumnya. Mereka adalah INDY, SRIL, Adaro Energi Tbk (ADRO), Elnusa Tbk (ELSA), dan Bakit Asam Tbk (PTBA).

No.	Kode	Harga (23/11)	Harga (26/11)	PBV (kali)	PER (kali)
1	INDY	1.945	1.800	0,53	4,2
2	WSKT	1.625	1.630	0,82	4,45
3	SRIL	362	356	0,98	5,16
4	ITMG	20.025	20.175	1,52	5,74
5	LPPF	4.460	4.460	5,23	6,53
6	ADRO	1.295	1.275	0,63	6,54
7	INKP	13.300	13.675	1,36	7,28
8	ELSA	318	304	0,68	7,6
9	WSBP	334	346	1,22	7,69
10	PTBA	4.310	3.940	3,04	8,66

Sumber: RTI.

Empat saham yang lain harganya naik dari harga penutupan sebelumnya. Mereka adalah WSKT, Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), dan Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

Satu saham sisanya, Matahari Department Store Tbk (LPPF), tidak berubah harga dari sebelumnya.

Price earning ration (PER) adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham. Penurunan harga saham di bursa secara otomatis akan menurunkan pula nilai PER kalau pada saat yang sama tidak terjadi perubahan laba bersih per saham.

Secara umum ada anggapan bahwa semakin kecil angka PER maka semakin murah pula harga saham tersebut dibanding saham-saham lain dalam sektor usaha yang sama.

Reporter: Hasbi Maulana
Editor: Hasbi Maulana

Video Pilihan

Let's block ads! (Why?)