KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal III 2018 lalu, saham perbankan didera berbagai sentimen negatif. Salah satunya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang cukup agresif.
Dalam tiga bulan terakhir saja, BI telah menaikan BI 7 days reverse repo rate sebanyak tiga kali dengan total kenaikan mencapai 75 basis poin bps menjadi 5,75%. Kenaikan bunga BI ini mempengaruhi kinerja emiten perbankan.
Sebab, kenaikan suku bunga ini akan memicu tekanan pada penyaluran kredit dan kualitas kredit. Disisi lain, keuntungan bank dari pendapatan bunga akan menyusut karena selisih bunga bersih atau net interest margin (NIM) akan tergerus biaya dana yang naik.
Meski begitu penyaluran kredit perbankan masih menggeliat di kuartal III 2018 lalu. Catatan OJK, pertumbuhan kredit perbankan sampai September 2018 sebesar 12,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan kredit ini lebih tinggi ketimbang bulan Agustus 2018 sebesar 12,12% yoy.
Alhasil, beberapa bank yang sudah merilis kinerja masih membukukan pertumbuhan laba lumayan. Dua emiten bank yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga masih menorehkan kinerja positif pada laporan kuartal III 2018.
Misal BBNI membukukan laba bersih sebesar Rp 11,44 triliun pada kuartal III 2018. Laba bersih ini tumbuh 12,6% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 10,16 triliun.
Dari sisi intermediasi, sampai kuartal III-2018 BBNI mencatat realisasi pertumbuhan kredit sebesar 15,6% yoy menjadi Rp 487,04 triliun dari kuartal III-2017 sebesar Rp 421,41 triliun.
Sedangkan BMRI meraih laba bersih sebesar Rp 18,1 triliun pada kuartal III-2018. Laba bersih ini tumbuh 20% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 15,1 triliun. Selain itu, Bank Mandiri mencatat realisasi pertumbuhan kredit sebesar 13,8% secara yoy menjadi Rp 781 triliun dari kuartal III-2017 sebesar Rp 686,2 triliun.
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan, kinerja yang masih oke ini menunjukan emiten perbankan telah berupaya mencari cara untuk dapat menahan terpaan sentimen negatif.
“Tercermin dari pendapatan komisi mereka yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan pendapatan bunga. Selain itu bank juga terus menjaga efisiensi di era penurunan NIM,” ujar Kevin kepada Kontan.co.id, Jumat (19/10).
Namun, ia memberikan catatan bahwa tren kenaikan suku bunga masih akan berlanjut lantaran Bank Sentral Amerika Serikat masih mungkin menaikkan bunganya lagi. “Posisi kami masih netral. Namun untuk BMRI bisa untuk melakukan maintain buy dengan target harga jangka panjang Rp 7.700 per saham. Ini bisa berubah mengikuti perkembangan di awal 2019,” ujarnya.
Senada, Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Sekuritas mengatakan, industri perbankan terbukti bisa bertahan di era suku bunga tinggi. Hasil fundamental dua bank besar sedikit banyak akan mencerminkan kinerja bank secara industri.
“Ini pertanda baik untuk saham-saham perbankan. Ditambah lagi apabila efek relaksasi loan to value (LTV) mulai terasa, kemungkinan di tahun depan saham perbankan semakin bergerak positif,” ujarnya.
Nafan sendiri merekomendasikan buy saham BMRI dan BBNI dengan masing-masing target harga jangka pendek Rp 6.850 per saham untuk BMRI, dan Rp 7.975 per saham untuk BBNI.
Analis Samuel Sekuritas, Andy Ferdinand dalam risetnya melihat, kinerja BBNI dan BMRI masih relatif baik selama 9 bulan terakhir ini. Namun di akhir tahun masih akan dibayang-bayangi oleh kenaikan suku bunga dan depresiasi rupiah. Ia masih merekomendasi buy saham BBNI dengan target harga Rp 9.050 per saham dan buy saham BMRI dengan target harga Rp 8.200.
Editor: Komarul Hidayat
Editor: Komarul Hidayat
KINERJA EMITEN
http://investasi.kontan.co.id/news/kinerja-tumbuh-dua-digit-berikut-rekomendasi-saham-bmri-dan-bbniBagikan Berita Ini
0 Response to "Kinerja tumbuh dua digit, berikut rekomendasi saham BMRI dan BBNI"
Post a Comment