"Kalau ada yang membuat pernyataan. Pertama kali, saya akan cek dulu sumber datanya ada tidak. Saya harus pegang dulu," tegas Suhariyanto di Politeknik Statistika STIS, Kamis (25/10).
Menurut dia, dalam membuat sebuah pernyataan, seseorang harus berbasiskan data. Jika tidak, pernyataan tersebut akan sulit ditanggapi.
"Yang penting datanya dulu. Kita lihat bersama, betul tidak intrepretasinya seperti itu," jelasnya.
Sebuah data, lanjut Suhariyanto, memang bisa ditinjau dari berbagai sudut. Karenanya, intrepretasi data juga perlu dilakukan hati-hati.
"Di BPS, intinya hanya memotret data lapangan kemudian kami membuat tabel yang kami rangkum dengan temuan-temuan penting. Dengan harapan, bisa ditindaklanjuti," katanya.
Misalnya, saat BPS menyatakan faktor terbesar yang berpengaruh pada kemiskinan adalah beras. Artinya, BPS menilai stabilisasi harga beras harus dijaga untuk menjaga inflasi dan mengurangi kemiskinan.
Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan Indonesia terus menurun. Pada September 2017, persentase kemiskinan tercatat sebesar 10,12 persen atau setara dengan 26,58 juta orang penduduk miskin di Indonesia.
Kemudian, per Maret 2018, angka kemiskinan turun ke level satu digit 9,82 persen atau setara dengan 25,92 juta penduduk miskin. Persentase tersebut merupakan titik persentase kemiskinan terendah sejak 1999.
(sfr/bir)
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181025171614-92-341449/bps-soal-pernyataan-kemiskinan-ala-prabowo-cek-data-duluBagikan Berita Ini
0 Response to "BPS soal Pernyataan Kemiskinan ala Prabowo: Cek Data Dulu"
Post a Comment