Analis ini memprediksi harga minyak masih akan naik di tahun depan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali bangkit. Padahal kemarin, harga minyak terkoreksi tajam setelah mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2018 di New York Mercantile Exchange kembali menguat 0,63% ke US$ 74,80 per barel. Padahal kemarin, harga minyak WTI merosot 2,72% dari level US$ 76,41 per barel.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, kenaikan harga minyak WTI awalnya dipicu oleh sanksi kepada Iran. "Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran meskipun masih ada sentimen lain yakni melonjaknya kembali persediaan minyak AS. Sebelumnya ada juga rencana dari Arab Saudi dan Rusia yang ingin menaikkan produksi minyak mereka untuk menutupi ketatnya pasokan minyak global," pungkas Deddy kepada Kontan.co.id, Jumat (5/10).

Deddy melihat, selama ini Iran mengekspor minyak sebanyak 1,5 juta barel per hari.

Ia memperkirakan harga minyak sepanjang pekan mendatang bergerak stabil di atas U$S 75 per barel. "Bila itu terjadi mungkin saja skenario yang diinginkan OPEC dapat terjadi, OPEC menginginkan harga minyak WTI di level US$ 80 per barel tahun ini," ungkapnya.

Deddy memperkirakan senin depan, harga minyak tergantung dari laporan mingguan Baker Hughes. "Baker Hughes malam nanti akan merilis aktivitas sumur pengeboran minyak AS. Laporan Baker Hughes ini juga penting untuk mencermati potensi output AS," sebut Deddy.

Sekadar informasi, pekan lalu output minyak AS menyentuh angka 11,1 juta barel per hari.

Deddy memperkirakan harga minyak pada Senin pekan depan akan bergulir dalam kisaran US$ 75,90-US$ 73,80 per barel.

Sementara itu, hingga akhir tahun harga minyak akan ada di level US$ 70-US$ 68 per barel. Sedangkan pada semester I-2019 rentangnya ada di kisaran US$ 65-US$ 60 per barel.

Reporter: Jane Aprilyani
Editor: Herlina Kartika