Dalam hal ini, bentuk intervensi yang selalu dilakukan BI untuk menolong rupiah yakni, mengerek suku bunga acuan dalam negeri dan menggelontorkan cadangan devisa (cadev).
"Masa menaikkan suku bunga acuan terus, ini solusi yang timpang kalau hanya andalkan kebijakan moneter, maksudnya suku bunga dan intervensi," ungkap Rizal, Rabu (26/9).
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman itu berpendapat, pemerintah belum sejalan dengan BI yang memiliki prinsip selangkah lebih maju ke depan (ahead the curve) dalam membuat kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"BI sudah benar, tapi kalau menaikkan suku bunga acuan demi rupiah terus menerus bisa buat pertumbuhan ekonomi anjlok," tutur Rizal.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi menyusut ke level 4 persen jika terus mengandalkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Pasalnya, hal itu akan mempengaruhi daya beli dan menaikkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di sektor perbankan.
Lebih lanjut, ia mencontohkan, salah satu sikap pemerintah yang bertolak belakang dengan BI adalah kebijakan menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) pada 1.147 jenis barang dengan nilai impor kecil.
"Itu komoditi isinya tidak penting, hanya bedak, lalu lipstik. Total impor hanya US$5 miliar, itu hanya pengusaha kelas menengah," terang Rizal.
Selama ini, kata Rizal, pemerintah tak pernah berani menyentuh importir besar, seperti baja yang membanjiri Indonesia dan masuk daftar 10 barang impor terbesar di Indonesia.
"Kalau begitu bagaimana dengan rupiahnya?," imbuh Rizal.
Seperti diketahui, pemerintah merilis kebijakan menaikkan PPh pada 1.147 jenis barang impor demi menekan jumlah impor yang membebani nilai tukar rupiah.
Saat ini, rupiah memang sudah berhasil membaik atau berada di bawah Rp15 ribu per dolar AS. Namun, pergerakan rupiah dinilai belum cukup stabil. Apalagi, potensi The Fed menaikkan suku bunga acuan bulan ini begitu kuat.
Sementara itu, Ekonom BCA David Sumual menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah masih perlu diwaspadai hingga beberapa waktu mendatang. Sebab, kondisi eksternal seperti kebijakan The Fed dan perang dagang akan mempengaruhi laju rupiah.
"Sejauh ini sebenarnya kecenderungannya masih melemah, dari 2010 sampai sekarang cenderung melemah," ujar David.
Mengutip RTI Infokom, rupiah pada 19.00 WIB menguat tipis 0,06 persen atau sembilan poin ke level Rp14.891 per dolar AS. Sejak pagi hingga malam hari rupiah bergerak dalam rentang Rp14.889-Rp14.932 per dolar AS.
Bagi investor yang membeli surat utang Indonesia dalam mata uang dolar, maka mereka akan merugi. Makanya, untuk ke depannya investor asing masih akan melihat mengenai suku bunga acuan dalam negeri.
"Mereka melihat ke depan bagaimana atau sampai di level berapa BI masih akan menaikkan suku bunga acuan," pungkas David. (aud/lav)
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180926210541-532-333517/soal-rupiah-rizal-ramli-sebut-bi-tak-bisa-kerja-sendiriBagikan Berita Ini
0 Response to "Soal Rupiah, Rizal Ramli Sebut BI Tak Bisa Kerja Sendiri"
Post a Comment