Search

Kemenkeu Kaji Rencana Penurunan Pajak Bunga Obligasi

Sebelumnya, gejolak yang terjadi pada nilai tukar rupiah akibat sentimen global berpengaruh khusus pada sektor investasi. Investor kini dinilai lebih tertarik pada surat utang (obligasi) berjangka pendek.

Executive Vice President Intermediary Business PT Schroder Investment Management Indonesia Renny Raharja mengatakan, obligasi jangka pendek kini berpotensi menjadi pilihan.

"Karena tekanan rupiah belum mereda, investor lebih menginginkan imbal hasil (yield) yang lebih besar. Jadi obligasi jangka pendek bisa jadi pilihan," tutur dia di Jakarta, Kamis 5 Juli 2018.

Imbal hasil obligasi di Indonesia saat ini untuk jangka waktu 10 tahun sebesar 7,8 persen. Sementara itu, untuk imbal hasil obligasi bertenor setahun sebesar 7,4 persen.

"Mereka ingin yield lebih tinggi karena memperhitungkan aspek dari rupiah ini nantinya kepada total return yang mereka harapkan. Mereka minta lebih tinggi karena tekanan rupiah yang akan berdampak pada imbal hasil mereka," ujarnya.

Renny menambahkan hal ini seperti terlihat dari dana kelola oleh perusahaan. Hingga akhir Juni 2018, perseroan mencatatkan dana kelola sebesar Rp 83,2 triliun.

"Ini tercermin dari reksa dana yang dikelola Schroders Indonesia. Per akhir Juni 2018 Schroders Indonesia memiliki dana kelolaan sekitar Rp 83,2 triliun. Reksa dana yang menjaring paling banyak dana kelolaan adalah reksa dana campuran dan obligasi jangka pendek," ujar dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mau KPR rumah dan bingung menentukan pilihan suku bunga KPR? Ketahui plus minusnya.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3649605/kemenkeu-kaji-rencana-penurunan-pajak-bunga-obligasi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kemenkeu Kaji Rencana Penurunan Pajak Bunga Obligasi"

Post a Comment

Powered by Blogger.