
loading...
"Kelihatannya The Fed bakal mendaki (menaikkan suku bunga) pada bulan September dan kemudian di bulan Desember. Belum ada indikasi bahwa The Fed ragu-ragu (setelah kritikan Trump)," kata analis mata uang di Nordea, Niels Christensen.
Melansir dari Reuters, Rabu (22/8/2018), hasil risalah tersebut membuat indeks USD terhadap enam mata uang utama naik 0,1% menjadi 95,276. Hal ini membuat euro tergelincir 0,1% menjadi USD1,1563, akibat kekhawatiran krisis mata uang lira Turki dan kekhawatiran politik di Italia.
Dolar Australia turun 0,4% menjadi 0,7345, karena adanya tantangan di dalam negeri soal kepemimpinan Perdana Menteri Malcolm Turnbull. Dolar AS juga naik tipis 0,1% terhadap yen Jepang menjadi 110,41 yen.
Mata uang George Washington juga menguat 0,3% terhadap poundsterling Inggris menjadi USD1,2871 per GBP pada pukul 08:07 GMT. Sterling melemah setelah menguat 12 hari terhadap USD. Disebabkan oleh kembalinya risiko Brexit, ditengah pembicaraan Inggris dan Uni Eropa yang belum menemukan kata sepakat soal struktur hubungan perdagangan mereka ke depan setelah bercerai.
Yuan China diperdagangkan melemah 0,2% menjadi 6,8442 per USD, begitu pula dengan mata uang negara berkembang lainnya yang loyo terhadap USD. Dolar Selandia Baru melawan tren, dengan naik ke level 0,6772 setelah data penjualan ritel kuartal II 2018 yang menguat, melampaui perkiraan bank sentral Selandia Baru.
(ven)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dolar AS Kembali Menguat Karena Risalah Federal Reserve"
Post a Comment