Implementasi program ini juga melibatkan masyarakat yang dimulai pada Februari 2018 lalu dan telah selesai November 2018, dengan kontrak sebesar Rp 14,11 miliar.
"Setelah dilakukan penataan, disamping lebih rapi, masyarakat memiliki ruang terbuka hijau baru sebagai tempat berinteraksi warga. Jadi dengan program ini selain mengurangi kumuh juga menambah ruang terbuka hijau," ungkap Direktur Jenderal Cipta Karya Danis Sumadilaga.
Danis menuturkan, program Kotaku tidak hanya bertujuan membangun infrastruktur lingkungan, tapi juga meningkatkan ekonomi warga dan prilaku hidup sehat masyarakat. Di ujung jalur pedestrian, sebuah warung kopi khas Aceh tampak selalu ramai dikunjungi warga kota, terutama di sore hari.
Danis mengatakan, program Kotaku di Seutui ini bukan hanya berfokus pada penataan kawasan kumuh saja, tetapi juga melakukan pembangunan sanitasi dan juga pemenuhan kebutuhan air bersih.
"Kita juga ingin agar sistem sanitasi diperbaiki dan pusat jajanan ditambah bagi para pengunjung, sehingga kegiatan ekonomi lokal bisa tumbuh," jelasnya. Untuk menambah kenyamanan ruang publik di kawasan tersebut, Danis menyatakan perlu segera ditambah pepohonan di sepanjang jalur pedestrian.
Penataan kawasan Seutui terdiri atas pembangunan pedestrian sepanjang 1,7 km, pembangunan 3 unit jembatan, pemasangan Penerangan Jalan Umum sebanyak 132 titik dan pembuatan Taman Kreung Daroy.
Diharapkan dengan contoh penataan kawasan yang baik yang menguntungkan warga setempat, pemerintah daerah semakin termotivasi untuk mengurangi luasan kawasan kumuh dalam rangka program 100:0:100.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Seutui Jadi Contoh Kolaborasi Penataan Kawasan"
Post a Comment