TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Nyoman Suardana, warga Banjar Manggis Sari, Desa Manggis Sari, Kecamatan Pekutatan, Jembrana hanya bisa meratapi nasibnya di gubuk yang nyaris roboh itu.
Ia kebingungan, bagaimana harus memperbaiki rumah gubuknya itu. Padahal saat ini, kondisi ekonominya sedang terpuruk.
Karena tak mendapat perhatian dari pemerintah, ia kemudian ingin meminjam uang.
Gubuk Suardana itu ditempatinya bersama istri dan kedua anaknya. Mereka tidur dalam satu kamar saja.
Sang istri, Wayan Sukartini mengatakan, sudah puluhan tahun tinggal di rumah teraebut.
"Sudah diajukan usulan bedah rumah sudah lama. Tapi tidak ada bantuan. Kalau beras miskin, kami dapat," ucap Sukartini, Selasa (20/11).
Bangunan rumahnya terbuat dari bambu dan beratap asbes. Saat hujan, mereka mengungsi karena rumahnya bocor. Mereka pun sering tidur di rumah tetangga yang sudah mendapat bantuan bedah rumah.
"Kami mungkin meminjam uang. Tidak tahu nanti bisa bayar. Kami takut juga nanti ketimpa asbes atau atap yang sudah mau roboh ini. Saya dan suami hanya buruh tani," ungkapnya.
Perbekel Manggis Sari Ketut Suarjana mengaku, warganya masuk kepala keluarga miskin buku merah.
Untuk bedah rumah, hingga saat ini belum terealisasi. Meskipun, pihaknya sudah mengajukan untuk segera dilakukan.
Ia menyebut, di wilayahnya ada sekitar 11 kepala keluarga miskin. Semuanya sudah diusulkan untuk mendapat bantuan bedah rumah. Hanya saja, untuk bedah rumah dari kabupaten dan provinsi tahun ini tidak ada.
"Dari anggaran desa cuma ada dua unit tiap tahun. Memang harus antre. Karena itu, besar harapannya memang ada bantuan bedah rumah dari pemkab, provinsi, PHR Badung atau CSR lainnya," bebernya. (*)
http://bali.tribunnews.com/2018/11/21/kisah-pasutri-miskin-asal-banjar-manggis-sari-tiap-hujan-ngungsi-ke-tetanggaBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Pasutri Miskin asal Banjar Manggis Sari, Tiap Hujan Ngungsi ..."
Post a Comment